AWK Dilaporkan ke Polda Bali

BREAKING NEWS! Arya Wedakarna Dilaporkan ke Polda Bali Terkait Tindakan Ini

Anggota DPD Bali, Arya Wedakarna (AWK) hari ini resmi dilaporkan kepolisian Polda Bali, Selasa (21/1/2020).

Penulis: Firizqi Irwan | Editor: Ady Sucipto
Tribun Bali/Firizqi Irwan
I Gusti Ngurah Harta selalu Koordinator Komponen Rakyat Bali saat ditemui Tribun Bali dan awak media di Polda Bali, Selasa (21/1/2020) pukul 09.00 wita. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Anggota DPD Bali, Arya Wedakarna (AWK) hari ini resmi dilaporkan kepolisian Polda Bali, Selasa (21/1/2020).

Pelaporan tersebut dilayangkan oleh Komponen Rakyat Bali atas beberapa tindakan yang dilakukan oleh AWK.

Ditemui Tribun Bali di Polda Bali, I Gusti Ngurah Harta selaku Koordinator Komponen Rakyat Bali mengatakan, bahwa laporan diawali ke pihak SPKT Polda Bali pukul 08.30 Wita dan selanjutnya diarahkan ke Ditreskrimum Polda Bali.

"Kita datang berempat untuk melaporkan AWK.

Ada beberapa laporan tentang dugaan perusakan tatanan tradisi Bali, dugaan pelecehan terhadap sulinggih dan memalsukan identitas.

Mengaku dirinya sebagai raja Majapahit dan sebagainya," ujarnya.

Melbourne Victory vs Bali United: Merajut Asa Demi Tampil di Liga Kasta Tertinggi di Asia

Tak Tayang di TV Nasional, Live Streaming Bali United Vs Melbourne Victory Bisa Ditonton di Sini

Link Live Streaming & Televisi yang Siarkan Laga Melbourne Victory vs Bali United Pukul 16.30 Wita

 I Gusti Ngurah Harta yang mengenakan pakaian adat Bali ketika melapor ke Polda Bali menuturkan, sebelum mengambil langkah hukum ini, ia sudah sempat menegur dan meluruskan apa yang dilakukan AWK itu salah.

Namun teguran yang dilakukan melalui media sosial Facebook malah menjadi bumerang.

Pengikut AWK malah mem-bully Gusti Ngurah Harta.

"Nah kita ingin meluruskan itu, terserah polisi itu apakah masuk kriminal atau tidak. Kita hanya ingin menegur, bahwa kamu salah loh jangan begitu lagi.

Dari dulu kita tegur begitu, malah kita di bully di FB. Makanya sekarang dan kemarin kita juga di bully kita laporkan juga orang-orang itu," tambahnya.

Sementara itu, hingga saat ini pelapor masih dimintai keterangan lebih lanjut mengenai laporan yang dibuatnya.

Hal tersebut untuk menimbang kembali laporan yang diajukan I Gusti Ngurah Harta dan rekannya apakah masuk tindakan hukum atau tidak. 

I Gusti Ngurah Harta mengaku sangat menyayangkan sikap yang dilakukan Arya Wedakarna.

Menurutnya, Arya Wedakarna diduga merusak tatanan tradisi Bali dan bahkan memalsukan identitas diri yang mengaku dirinya sebagai keturunan Raja Majapahit.

Ngurah Harta mengatakan,  yang terbaru Arya Wedakarna atau AWK diduga melecehkan sulinggih Bali dan diduga mendoakan agar sulinggih pendek umur.

 Ngurah Harta: Di Bali Tidak Ada Raja Majapahit

Terkait AWK, Polda Bali Baru Terima Laporan Dumas, Suciani: Ya Harus Berproses

AWK Dilaporkan Terkait Pelecehan Terhadap Sulinggih di Bali dan Klaim AWK sebagai Raja Majapahit

I Gusti Ngurah Harta mengaku prihatin atas sikap dan pengakuan AWK.

"Karena ini kan merusak sejarah, generasi muda kita yang tidak paham tentang sejarah Majapahit akan menduga bahwa di Bali ada Raja Majapahit," ujarnya.

"20 tahun ke depan ataupun 25 tahun dan pelajaran sejarah disekolah tidak bagus itukan akan merusak tatanan dan pola pikir anak kita bahwa bener ada raja Majapahit disini," lanjut I Gusti Ngurah Harta, Selasa (21/1/2020).

Saat mendatangi Polda Bali, Ngurah Harta datang bersama tiga orang rekannya untuk melaporkan AWK atas beberapa hal.

Ia mengatakan laporan tersebut antara lain terkait dengan dugaan tentang perusak tatanan tradisi Bali, dugaan pelecehan terhadap sulinggih dan memalsukan identitas AWK yang mengaku sebagai Raja Majapahit.

Ditanya lebih lanjut mengenai dugaan pelecehan apa yang dilakukan AWK, I Gusti Ngurah Harta menjawab AWK mendoakan agar sulinggih pendek umur dan masyarakat dilarang memanggil Surya.

"Mendoakan sulinggih itu agar mati pendek umur, dilarang masyarakat memanggil Surya. Ini kan sudah jadi tradisi Bali dari turun temurun biarkan lah tradisi itu berkembang," tambahnya.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa di Bali tidak ada keturunan Raja Majapahit.

"Ndak ndak, di Bali tidak ada keturunan raja Majapahit. Kalau Majapahit menaruh orangnya di Bali ada, di Puri Klungkung sana dengan level Adipati," tutupnya.(*)

 

Panglingsir Puri Klungkung Ungkap Pengakuan AWK Terkait Asal Gelar & Klaim sebagai Raja Majapahit

Arya Wedakarna Bereaksi Tempat Suci Dilecehkan, Langsung Kirim Pesan Khusus Pada Pelaku

Pada Tahun 2019 lalu, anggota DPD RI, I Gusti Ngurah Arya Wedakarna bereaksi dalam akun Facebook (FB)nya terkait pelecehan tempat suci yang dilakukan sepasang bule.

Arya Wedakarna telah mengirimkan pesan dan nasihat pada turis tersebut untuk membuat upacara Guru Piduka, melibatkan pengempon pura dan warga adat.

Upacara Guru Piduga merupakan suatu ritual yang bertujuan untuk membersihkan atau menghilangkan leteh atau kotoran secara niskala.

Kotor secara niskala ini terjadi, lantaran kedua turis ini melakukan tindakan terlarang pada tempat suci.

“Terkait masalah hukum, hanya bisa diproses jika ada semeton Bali yang melaporkan ke aparat atau inisiatif dari pihak aparat untuk memperoses hal ini. Senator AWK berencana akan memanggil dua bule tersebut,” ujar Wedakarna, dikutip dari akun resminya.

Sebelumnya, terekam jelas dalam video yang viral, dua bule yang belum diketahui identitas lengkapnya melakukan pelecehan di tempat suci umat Hindu.

Pelecehan tersebut diduga terjadi di kawasan petirtan obyek wisata Monkey Forest, Desa Padangtegal, Kecamatan Ubud, yang dilakukan oleh dua orang wisatawan.

Pelecehan ini viral di media sosial, saat diunggah oleh akun resmi anggota DPD RI, I Gusti Ngurah Arya Wedakarna.

Belakangan diketahui, kedua wisatawan tersebut telah minta maaf melalui akun @sabina_dolezalova_ifb, Minggu (11/8/2019).

Pantauan Tribun Bali, pelecehan yang dilakukan kedua turis macanegara ini, ialah seorang turis pria membasuh b*k*ng turis wanita, menggunakan air yang mengucur dari sebuah pelinggih yang disucikan umat Hindu.

Mereka juga terlihat tertawa terbahak-bahak, tanpa memiliki perasaan bersalah.

Berdasarkan informasi warga Desa Padangtegal, tempat suci Hindu yang dilecehkan tersebut diduga memang berada di kawasan Monkey Forest.

Namun ia memastikan, hal tersebut terjadi tanpa sepengetahuan petugas Monkey Forest.

Sebab lokasi tersebut relatif jauh dari jangkauan. Saat ini, kata dia, pihak managemen Obyek Pariwisata Monkey Forest Ubud tengah melakukan rapat terkait masalah ini.

“Itu pelecehan, tapi karyawan tidak ada yang tahu, kamungkinan karyawan tidak sampai batas sana. Dari suara video, kemungkinan guide yang memandu kedua wisatawan itu bukan orang Hindu, jadi dia tak tahu yang dilakukan wisatawannya telah melecehkan umat Hindu,” ujar sumber yang tak mau disebut identitasnya.

Bidang Informasi Obyek Wisata Monkey Forest Ubud, mengatakan saat ini pihak manajemen tengah mengadakan rapat terkait kejadian tersebut.

“Saat ini pihak manajemen tengah menelusuri kebenaran kejadian itu. Kami belum bisa pastikan itu terjadi di kawasan Monkey Forest Ubud,” ujar seorang staf saat dihubungi via telepon. (*)

Langganan berita pilihan tribun-bali.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/TribunBaliTerkini

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved