Fenomena Ratusan Babi Mati Mendadak di Tabanan Jadi Perhatian, Peternak di Bali Was-was
Seluruh desa diminta memantau setiap wilayah dan melaporkan setiap kejadian babi mati secara mendadak.
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Bidang Peternakan Dinas Pertanian Tabanan langsung melakukan rapat koordinasi dengan pihak Provinsi Bali untuk membahas fenomena puluhan bahkan ratusan babi mati mendadak, Rabu (22/1/2020).
Ada beberapa langkah yang harus dikakukan para peternak agar tak terjadi penyebaran virus lagi.
Sebab, hingga saat ini pemerintah belum memastikan penyebab dari kematian puluhan babi mendadak tersebut.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Tabanan, I Nyoman Budana, pasca isu pertama penyebaran virus baru African Swine Fever (ASF) beberapa bulan lalu, pihaknya mengaku sudah bergerak untuk mengimbau para peternak yang memberikan pakan babi hasil limbah restoran.
Selain itu juga sudah mengimbau masyarakat agar tetap menjaga kebersihan kandang dan disemprot dengan obat desinfektan.
"Kami sudah waspadai sejak awal, tapi sampai saat ini masih belum diketahui penyebab fenomena babi mati mendadak," kata Budana, Rabu (22/1/2020).
Selain itu, kata dia, pihaknya juga sudah mengedarkan surat imbauan dan surat edaran mulai dari UPT, Kecamatan hingga Desa yang ada di Tabanan untuk bersama-sama mewaspadai adanya virus baru tersebut.
Seluruh desa diminta memantau setiap wilayah dan melaporkan setiap kejadian babi mati secara mendadak.
Kemudian juga terus berkoordinasi dengan Balai Veteriner Bali untuk melakukan pengecekan sampel babi.
"Sudah kami sebarkan ke semua wilayah pemberitahuan tersebut dan langsung ditandatangani Sekda Tabanan langsung," katanya sembari menyebutkan Bidang Peternakan, Dinas Pertanian Tabanan, sudah berkoordinasi dengan pihak Provinsi Bali.
Kabid Peternakan, Dinas Pertanian Tabanan, I Wayan Suamba menyatakan sudah berkoordinasi dengan pihak provinsi terkait fenomena babi mati mendadak.
Ada beberapa langkah yang harus rutin dilakukan pasca kejadian ini meskipun sebabnya masih belum diketahui.
Suamba menjelaskan, pertama hal yang sudah dilakukan adalah mengimbau para peternak yang memberikan pakan ternak dari limbah hotel agar distop.
Kemudian, setiap peternak harus menjaga kebersihan setiap kandang.
"Setelah itu lalulintas ternak juga dibatasi. Artinya kita sarankan pada jagal ketika sudah berhasil menangkap babi dari kandangnya juga harus disemprot, dibersihkan dan diberikan desinfektan," tegasnya sembari menyatakan rencana dari Pusat juga kita sosialisasi ke Daerah yang banyak ada peternakan seperti salah satunya Tabanan.
Berapa data jumlah pasti babi yang mati mendadak di Tabanan, Suamba belum berani memastikan.
Sebab, dari pihak masyarakat juga tak semua melapor namun perkiraan sementara jumlahnya mencapai ratusan.
Wilayah yang sudah terjadi babi mendadak adalah Desa Jegu, Desa Cepaka, Desa Rijasa, Desa Buahan, dan Desa Riang.
"Kemungkinan mencapai ratusan saat ini. Apalagi, saat tim kami turun ke Desa Cepaka kemarin ada 10 ekor babi mati. Kemudian di Desa Jegu saat kami turun ada belasan, tapi setelah itu banyak lagi babi yang mati mendadak tapi tak dilaporkan," akunya.
Lalu bagaimana cirinya di setiap wilayah, dia menyebutkan ciri-ciri penyakitnya ini hampir sama dengan virus yang sudah sempat ada di Bali yakni streptococcus dan kolera.
Namun, masih ada kecurigaan terjangkit virus yang baru, ASF.
"Ada kecurigaan namun belum berani memastikannya. Sebab,hingga saat ini hasil pengecekan sampel babi masih belum keluar," katanya.
"Namun kami tetap harapkan agar setiap peternak yang menemukan babinya mati agar segera melapor kepada petugas atau pihak desa setempat," harapnya.
Peternak Semakin Was-Was.
Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi (Gupbi) Tabanan, I Nyoman Ariadi mengakui, sejak adanya isu penyebaran virus African Swine Fever (ASF) ini memang sudah membuat khawatir para peternak di Tabanan.
Mereka para peternak semakin was-was dengan kasus kematian babi secara mendadak di wilayah Desa Jegu, Penebel.
Kami para peternak sampai tidak bisa tidur memikirkan hal itu, kami hanya bisa pasrah,” kata Ariadi, Rabu (22/1/2020).
Ariadi melanjutkan, beberapa langkah yang dilakukan peternak untuk mencegah penyebaran virus tersebut adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan terutama kandang.
Kemudian juga rutin melakukan penyemprotan obat desinfektan untuk memproteksi kandang dari penyebaran virus.
"Semoga saja virus ini tak tersebar. Kami sementara ini hanya melakukan beberapa langkah seperti menjaga kebersihan kandang dan nyemprot obat," jelasnya.
Pria yang saat ini menjabat Perbekel Sudimara ini mengakui, selama ini belum ada tindakan dari pemerintah terkait mengantisipasi atau mencegah hal ini.
Sebab, jika virus mematikan sampai menyebar di Bali tentunya akan berpengaruh kepada ekonomi dan pariwisata tentunya.
Kemudian juga akan berdampak pada perayaan Hari Raya Galungan yang jatuh bulan februari mendatang untuk upakara dan konsumsi.
"Sejauh ini belum ada tindakan nyata dari pemerintah untuk mengantisipasi dan mencegah hal ini. Soal disinfektan peternak sudah biasa melakukan sendiri,” sentilnya.
"Harus diambil langkah nyata dan cepat untuk mengatasinya," tegasnya. (*)