Sudah Ada 606 Babi yang Mati di Bali, Muntah, Diare dan Diakhiri dengan Kematian

Tiga kabupaten dan kota yang dimaksud yakni Badung, Tabanan dan Denpasar banyak babi mati.

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Huda Miftachul Huda
Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Kondisi peternakan babi di Dusun Uma Salakan, Desa Takmung, Banjarangkan, Klungkung, Bali, Senin (20/1/2020). 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Ratusan babi milik peternak di sejumlah daerah mati.  

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali mencatat ada 606 babi mati di tiga kabupaten dan kota di Bali.

Tiga kabupaten dan kota yang dimaksud yakni Badung, Tabanan dan Denpasar.

Data itu berdasarkan hasil kompilasi laporan dari Kabupaten Badung, Kota Denpasar, dan Kabupaten Tabanan sampai dengan tanggal 22 Januari 2020.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Ketut Gede Nata Kesuma mengatakan, 606 ekor babi tersebut menunjukkan gejala klinis seperti demam tinggi, kulit kemerahan pada daun telinga dan bagian tubuh lainnya.

Selain itu juga mengalami muntah, diare dan diakhiri dengan kematian.

“Kematian babi ini telah menimbulkan kerugian pada peternak,” kata Nata Kesuma melalui keterangan tertulisnya yang diterima Tribun Bali, Kamis (23/1/2020).

Fenomena Ratusan Babi Mati Mendadak di Tabanan Jadi Perhatian, Peternak di Bali Was-was

Puluhan Babi Mati di Desa Jebu Bali, Ciri Bintik-bintik Merah Mirip Demam Babi Afrika

Puluhan Babi Mati di Desa Jebu Bali, Ciri Bintik-bintik Merah Mirip Demam Babi Afrika

Nata menuturkan, kematian ratusan babi ini di samping menimbulkan kerugian ekonomi juga akan berdampak psikologis dan kepanikan pada peternak lain di sekitarnya dengan menjual ternak babi dengan harga murah.

Kondisi tersebut perlu dicegah dengan melakukan tindakan cepat melalui penelusuran terhadap penyebab kasus serta melakukan edukasi kepada masyarakat peternakan babi.

Terhadap banyaknya kasus kematian ternak babi ini, Nata mengatakan bahwa Pemprov Bali dan Pemkab Badung telah melakukan koordinasi dengan Balai Besar Veteriner Kelas I Denpasar.

Koordinasi dilakukan guna melakukan investigasi secara terpadu ke lokasi kasus serta melakukan pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium.

“Berdasarkan informasi dari BBVet Denpasar, hasil pengujian sedang berproses untuk di konfirmasikan dengan BBVet Medan,” jelasnya.

Menurut Nata, merebaknya kasus kematian ternak babi dalam waktu satu bulan terakhir di wilayah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar menunjukkan adanya peningkatan patogenitas.

Hal itu disebabkan karena lingkungan di sekitar kandang kurang sehat ataupun disebabkan akibat adanya penyebaran virus, bakteri atau parasit dari satu lokasi ke lokasi lain.

Patogen itu ditularkan melalui kontak antara babi sehat dengan babi sakit atau melalui sumber lainnya, seperti pakan yang berasal dari limbah hotel (swill feeding) yang mengandung bahan dari babi, peralatan kandang, dan sarana lainnya.

Dijelaskan olehnya, Provinsi Bali memang salah satu wilayah yang memiliki risiko tinggi terhadap ancaman masuknya penyakit African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika.

Hal itu karena tingginya arus barang dan manusia ke Bali, padatnya populasi babi, tingginya penggunaan limbah hotel, restoran dan cathering (Horeka) sebagai pakan babi.

Misteri Puluhan Babi di Bali Mati Mendadak, Ditemukan Tanda-tanda Aneh Ini 

Kepala BB Vet Duga Kematian Babi di Badung karena Cuaca, Masih Tunggu Hasil Pengujian di Medan

Sentra Ternak di Wilayah Bali Ini Keluhkan Banyak Babi Mati, Dinas Langsung Cek Laboratorium

Selain itu sumber penularan ASF juga disebabkan karena masih rendahnya sanitasi budidaya peternak serta cara pemotongan babi yang masih tradisional.

Sehubungan dengan hal tersebut, tuturnya, pemerintah telah melakukan langkah-langkah strategis dan teknis sesuai dengan Pedoman Kesiapsiagaan Darurat Veteriner Indonesia yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Diceritakan olehnya, sekitar awal Desember 2019 Pemprov Bali dan pemerintah kabupaten dan kota seluruh Bali telah memberikan imbauan kepada para peternak untuk mewaspadai ancaman kasus penyakit menular pada babi terutama penyakit ASF.

Terlebih penyakit ini sudah menyerang beberapa negara tetangga seperti Vietnam, Kamboja, Hongkong, Korea Utara, Laos, Myanmar, Pilipina dan Timor Leste.

ASF di Indonesia telah menjangkit di 16 kabupaten di Sumatra Utara sesuai Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 820/Kpts/PK.320/12/2019 tentang Pernyataan Wabah Penyakit Demam Babi Afrika (African Swine fever). (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved