Kepala Dinas PKP Bangli Tegaskan Sudah Tugaskan Dua Dokter Hewan Untuk Melakukan Pengawasan
Kepala Dinas PKP Bangli Tegaskan Sudah Tugaskan Dua Dokter Hewan Lakukan Pengawasan
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Selain itu deman dengan suhu tinggi diatas 40 derajat celcius, nafsu makan menurun, lesu, serta inkoordinasi gerakan.
“Artinya gerakan babi menjadi tidak harmonis antara gerakan mata dengan jalannya. Semisal gerakan mata mata ke kanan, mungkin jalannya ke kiri. Disamping itu muntah, diare berdarah, hingga terjadinya abortus (keguguran) yang disebabkan demam tinggi. Gejala-gejala ini biasanya tidak terlalu lama, namun peternak cenderung jarang memperhatikan gejala ini. Terkadang saat ditemukan babinya sudah mati,” ungkapnya.
Sementara di kalangan peternak, beberapa diantaranya sudah melakukan upaya antisipasi.
Seperti yang dilakukan Sang Putu Adil, peternak asal Desa Jehem, Tembuku secara rutin menyemprotkan desinfektan ke lingkungan kandang.
Untuk mencegah masuknya virus ke areal peternakan, ia menyediakan bak pencelupan kaki.
Sedangkan bagi ternaknya, ia mengaku rutin memandikan dengan larutan kaporit dua kali sehari.
“Sebenarnya upaya ini sudah saya lakukan sejak lama, tapi baru dua bulan terakhir saya perketat setelah dengar kasus kematian babi di Medan,” ucapnya.
Adil mengaku hingga kini belum mendengar kasus kematian babi khususnya di wilayah Bangli.
Dirinya pun tidak tau secara pasti jenis penyakit apa yang mengakibatkan kematian babi secara mendadak di Bangli.
Hanya saja, imbuhnya, berdasarkan informasi kematian tersebut dicurigai akibat virus ASF.
“Virus itu bisa menyebar melalui benda-benda yang tidak streril. Karenanya sebagai upaya pencegahan, saya memperketat bio security di areal kandang,” ujarnya.
Hal yang sama juga dilakukan peternak babi lainnya, Ketut Mupu.
Peternak asal Dusun Sala, Desa Abuan, Susut itu mengaku sebagai upaya antisipasi pihaknya rutin melakukan penyemprotan desinfektan, serta selektif saat ada orang lain yang hendak masuk ke kandang babinya.
Diakui upaya tersebut sudah dilakukan sejak lama, dirinya pun menyarankan agar peternak babi skala besar juga menerapkan hal serupa.
“Kalau memang mau masuk harus mengikuti protap yang kita terapkan. Yakni harus disemprot disinfektan dulu. Dan masyarakat juga jangan tersinggung dengan protap ini, karena untuk mencegah (kematian) lebih lanjut. Terlebih penyakit ini belum ditemukan obatnya,” ungkap Mupu. (*)