Gara-gara Virus Corona Turis China ke Bali Drop 50 Persen saat Hari Raya Imlek, Ini Imbauan Cok Ace
pemerintah China memutuskan untuk menghentikan sementara seluruh aktivitas pariwisata domestik dan internasional akibat wabah virus corona.
Penulis: eurazmy | Editor: Ady Sucipto
Gara-gara Virus Corona Turis China ke Bali Drop 50 Persen saat Hari Raya Imlek
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Terhitung per Senin (27/1) hari ini, pemerintah China memutuskan untuk menghentikan sementara seluruh aktivitas pariwisata domestik dan internasional akibat wabah Virus Corona.
Kebijakan ini langsung dirasakan oleh kalangan pariwisata di Bali, di mana sebagian besar wisatawan China menjadikannya sebagai destinasi wisata favorit.
Ketua Bali Tourism Board (BTB) IB Agung Partha Adnyana mengatakan sejak merebaknya berita tentang wabah virus corona, tingkat kunjungan wisata dari China langsung anjlok.
Kondisi itu terasa pada saat Imlek 25 Januari 2020 lalu ketika jumlah turis China drop hingga 50 persen.
Menurut Agung Partha Adnyana, biasanya pada Hari Raya Imlek, kunjungan wisatawan dari China mengalami lonjakan dua hingga tiga kali lipat dari kunjungan pada hari biasa.
''Namun, Imlek tahun ini jumlah mereka turun drastis 30 hingga 50 persen, ini imbas dari meluasnya wabah virus corona,'' ungkap Agung Partha Adnyana saat dihubungi Tribun Bali, Minggu (26/1), sehubungan dengan rencana Pemerintah China yang menghentikan sementara kunjungan warganya ke luar negeri mulai 27 Januari ini akibat virus corona.
Adnyana membenarkan bahwa Pemerintah China memang mengambil kebijakan untuk menutup mobilitas warganya agar dampak penularan virus ini tidak menyebar luas.
Meski berdampak pada pariwisata Bali, Adnyana mendukung langkah pemerintah China tersebut, mengingat ini adalah peristiwa bencana alias force majeure yang mau tak mau harus ditangani dengan cepat.
''Mau tidak mau semua harus kerjasama mati-matian untuk menangkal penyebaran virus ini. Ya daripada membuat dampak panjang memang harus ditutup,'' katanya.
Ia menambahkan, sampai kapan pembatasan mobilitas warga China ini diberlakukan masih belum diketahui.
Kemungkinan akan berjalan hingga 2-3 bulan ke depan atau ketika kondisi dianggap kondusif kembali.
''Sekarang yang bisa kita lakukan adalah bagaimana cara mengakali agar para pengusaha tidak rugi-rugi banget.
Jadi, gak ada istilah cancellation fee (biaya pembatalan), tapi kunjungannya ditunda,'' ujar Agung.
Ia berharap, keadaan ini bisa kembali normal dan tidak berlarut-larut sehingga aktivitas pariwisata di Bali bisa berlanjut sebagaimana biasanya.
Dua maskapai yang melayani rute Denpasar-Wuhan PP pun telah melakukan pembatalan penerbangan sejak tanggal 23 Januari 2020.
Hal ini sesuai instruksi dari Ditjen Hubud dan Informasi melalui NOTAM G0108/20.
NOTAM tersebut menyampaikan bahwa Bandar Udara Internasional Wuhan Tianhe di China tidak dapat digunakan sebagai bandara alternate kecuali untuk penerbangan kondisi darurat mulai 23 Januari 2020 pukul 11.00 UTC (18.00 WIB) sampai 02 Februari 2020 pukul 15.59 UTC (22.59 WIB).
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Adit Pande, Minggu (26/1) mengatakan, selama ini China memiliki pengaruh secara kuantitas pada kunjungan wisatawan di Bali.
Meskipun wisatawan China tidak begitu besar di Gianyar, Adit berharap wabah corona segera berakhir.
Pihaknya mengimbau supaya pemerintah China melakukan filter terhadap warganya yang akan berwisata ke luar negeri meskipun jika nanti wabah corona berakhir.
“Kalaupun ke depan China ini sudah sembuh dari virus corona, mungkin kira-kira akan berlangsung 2-3 bulan ke depan, semoga di sana bisa memfilter turis yang datang ke Bali,” ujarnya.
Terkait prediksi akan merosotnya kunjungan wisatawan China dalam beberapa bulan ke depan, Adit meminta insan pariwisata supaya tidak hanya bertumpu pada satu market besar.
“Kita sekarang tak bisa hanya bertumpu pada satu market besar, tidak ada salahnya untuk berpromosi ke market yang ada. Misalnya kan ada banyak sekali market seperti Middle East (Timur Tengah), yang itu kan besar sekali,” ujarnya.
Force Majeure
Sementara itu, Wakil Gubernur (Wagub) Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) juga berharap kepada hotel-hotel, jika ada calon wisatawan China yang melakukan pembatalan kunjungan untuk tidak dikenai cancellation fee atau biaya pembatalan.
Alasan Cok Ace, kasus corona virus bersifat force majeure atau darurat yang tak diduga-duga.
“Tamu dari Tiongkok yang sudah membayar DP (uang muka), maka jangan dihanguskan DP-nya itu.
Kita selalu memberikan kebijakan yang tidak merugikan wistawan atau industri," tutur Cok Ace yang kemarin mengecek langsung kesiapan petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Denpasar dan alat thermal scanner dan mengantisipasi masuknya virus corona ke Bali.
KKP Kelas I Denpasar memiliki tiga unit alat thermal scanner, namun yang dioperasikan hanya dua.
Alat itu sudah dipasang sejak pihak KKP mendapatkan himbauan dari Kementerian Kesehatan untuk pencegahan dan antisipasi penyebaran virus corona ke Indonesia, khususnya Bali.
Satu thermal scanner sengaja tidak dipasang, namun disiagakan untuk standby sebagai backup jika ada scanner yang mengalami masalah.
Cok Ace menambahkan, alat thermal scanner ini sudah canggih, sehingga penumpang dengan suhu badan 38 derajat Celcius, dapat langsung terdeteksi.
Penumpang yang terdeteksi dengan suhu setinggi itu, bisa langsung dibawa ke ruang pemeriksaan awal atau klinik.
Setelah dilakukan pemeriksaan awal, jika ada indikasi yang serius mengarah ke suspect (dicurigai) terkena virus corona, selanjutnya penumpang akan dibawa ke RSUP Sanglah.
Ia meminta Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali agar menyampaikan informasi lewat satu pintu guna mengurangi pemberitaan yang tidak pasti.
“Kalau membaca berita yang belum pasti, maka itu akan berpengaruh terhadap pariwisata Bali, akan menjadi makanan empuk bagi kompetitor (pariwisata) Bali. Kita akan langsung diserang. Mari kita sama-sama mengatasi persoalan ini jangan sampai masyarakat menjadi korban dan di sisi lain pariwisata tidak terganggu," imbuhnya.
Cok Ace menambahkan, dari data yang didapatkannya, selama tahun 2019 lalu jumlah kunjungan wisata dari Tiongkok ke Bali mencapai 1 juta lebih.
"Bandara Ngurah Rai sudah profesional menangani ini dengan mengoperasikan 2 alat thermal scanner.
Yang penting kita harapkan petugas yang ada di thermal scanner ini fokus bekerja dan tenang. Jangan sampai ada penumpang yang lewat dari deteksi," ungkap Cok Ace, Minggu (26/1).
Justru Naik
Berbeda dengan keterangan BTB, pihak Bandara I Gusti Ngurah Rai justru mencatat jumlah kunjungan turis China mengalami kenaikan pada periode 13 hingga 24 Januari 2020.
"Belum ada penurunan jumlah turis dari China karena isu virus corona ini. Bahkan melihat data tanggal 13 sampai 24 Januari 2020, pergerakan penumpang dari China justru meningkat 14 persen," ungkap Communication and Legal Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali Arie Ahsanurrohim, Minggu (26/1).
Menurut Arie, pada tahun 2019 lalu di periode yang sama ada sekitar 89 ribu penumpang China baik untuk kedatangan dan keberangkatan.
Sedangkan untuk tahun 2020 ini di periode yang sama, jumlah pergerakan penumpang meningkat menjadi 102 ribu atau naik 14 persen.
“Jadi, di Bandara Ngurah Rai, isu tentang virus corona ini hanya sedikit pengaruhnya terhadap laju penumpang,” ucap Arie.
Arie menduga, peningkatan pergerakan penumpang China ini dipengaruhi oleh gencarnya imbauan-imbauan untuk menghindari atau mencegah virus corona, sehingga orang pun melakukan proteksi.
"Contohnya, bisa dilihat banyak penumpang yang tiba di Bali memakai masker. Itu menunjukkan bahwa mereka sadar untuk menjaga kesehatan selama berlibur.
Apalagi di Bali sendiri belum ditemukan kasus adanya virus corona tersebut,” terang Arie.
Pemandangan penumpang yang mengenakan masker di Bandara Ngurah Rai tidak hanya terlihat di terminal internasional, tetapi juga di terminal domestik.
Arie mengatakan, berdasarkan pantauan, penumpang terlihat mulai memakai masker sejak 23 Januari 2020.
Selain penumpang, terlihat sejumlah petugas bandara juga mengenakan masker.
Itu sesuai imbauan dari PT Angkasa Pura I (Persero) cabang Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali.
Pihak bandara menyiapkan masker kepada seluruh petugas operasional bandara sebagai langkah antisipasi dan pencegahan.
"Kami memberikan masker kepada seluruh petugas kami yang ada di operasional antara lain petugas di Aviation Security atau Avsec, petugas Terminal Inspection dan lainnya," ujarnya.
PT Angkasa Pura I (Persero) juga telah mengimbau para petugas operasionalnya untuk memperhatikan informasi dari satu pintu, yakni Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Denpasar.
"Kami siap mendukung penuh kebutuhan dari KKP jika terjadi hal-hal yang diindikasikan terkait penyebaran virus di bandara," kata Arie.(azm/zae/weg)