Peternak Babi Di Denpasar Turunkan Harga Sejak Ada Isu Babi Afrika, per Kilo Hanya Rp 23 Ribu
Fenomena ribuan babi mati di Bali ternyata membuat harga babi di Denpasar anjlok.
Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Eviera Paramita Sandi
Itupun kalau hasilnya memang positif ASF karena ada SKnya, tetapi kalau hasilnya negatif maka tidak perlu diumumkan.
Sementara itu upaya pencegahan meluasnya virus tersebut terus dilakukan yakni dengan penanganan yang sama seperti kasus wabah.
“Yang jelas penyakit itu disebabkan oleh virus. Penyebarannya cukup cepat sehingga penanganannya seperti wabah,” jelasnya.
Saat ini yang menjadi rujukan harus dilakukan adalah dengan bio security, pengetatan lalu Lintas perdaganagan dan pemberian pakan dari sumber yang jelas
Menurutnya, kasus kematian babi ini umumnya terjadi pada peternakan-peternakan yang bio security nya rendah, sehingga dari sisi teknis tidak salah penularan penyakit itu ketempat itu.
Sedangkan pada peternakan yang bio security nya baik di beberapa perusahaan hampir tidak ada masalah, sehingga stok babi untuk Hari Raya Galungan nanti dipastikan aman karena masih banyak babi yang bisa diselamatkan.
Sebelumnya, Nata mengaku sempat menghadiri rapat koordinasi teknis peternakan dan pertanian di Kementerian Pertanian RI, Jakarta.
Disela-sela pertemuan juga didiskusikan terkait kasus kematian babi ini. Serta langkah apa yang kedepan harus dilakukan karena penyakit ini belum ada vaksinnya.
Penyakit ini hanya bisa ditangani dengan bio security dan menghindari pemberian pakan dari sumber-sumber yang sudah terkontaminasi.
Hasil dari Jakarta mendapat fasilitas bio disinfektan dalam jumlah yang cukup yaitu untuk 5 ribu ekor babi dan secara bertahap akan difasilitasi lagi dari Kementerian.
“Disinfektan sudah ditebar pagi ini semua, di 7 titik di empat Kabupaten,” ucapnya
Ia menjelaskan dari referensi kalau diduga penyakitnya karena African Swine Fever (ASF), maka penyakit ini tidak bersifat zoonosis atau tidak ada dampak penularan kepada manusia.
Untuk itu, dihimbau kepada peternak agar, pertama, melaporkan segera kalau ada babi yang mati mendadak, demam tinggi, kemerahan pada kulit, dan diare ke petugas dan Dinas Peternakan setempat.
Kedua, mengubur babi yang sudah mati. Ketiga, Jangan menjual babi yang sakit.
Selanjutnya, keempat, Awasi orang keluar masuk kandang, bila perlu jangan diberikan sembarang orang masuk.
Dan kelima, daging babi agar dimasak matang dengan suhu diatas 70 derajat diatas 30 menit. (*)
Langganan berita pilihan tribun-bali.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/TribunBaliTerkini