Jelang Galungan, Harga Cabai Melonjak Hingga Rp 85 Ribu di Jembrana
Harga Cabai Melonjak Hingga Rp 85 Ribu Jelang Galungan, Program Melapot Efektif Atasi Kenaikan Cabai
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Harga kebutuhan dapur di Pasar Umum Negara, Jembrana, Bali mengalami lonjakan signifikan.
Terutama untuk harga jual cabai dari pedagang ke konsumen.
Cabai naik hingga Rp 25 ribu per kilogram.
Dari beberapa waktu lalu hanya Rp 60 ribu per kilogram.
• Dr Aqua: Pegawai OJK Regional 8 Bali Nusra Perlu Aktif Silaturahim
• DPRD Karangasem Tuding Executive Tak Serius Tangani Izin Galian di Karangasem
• Tega Bunuh Anaknya, Pria di Jambi Ini Kebingungan & Gendong Jasad Mondar-mandir, Terungkap Fakta Ini
Kini sudah menjadi Rp 85 ribu.
Seorang pedagang di pasar umum Negara, Komang Suardana mengatakan, harga cabai mengalami kenaikan seiring menjelang perayaan Hari Raya Galungan.
Beberapa waktu lalu, memang cabai seharga kurang lebih sekitar Rp 60 ribu.
Kemudian, sepekan lalu, harga bertengger di angka Rp 70 ribu.
Kemudian meningkat lagi dengan harga Rp 75 ribu.
"Saat ini sudah Rp 85 per kilogramnya, mas," ucapnya Senin (3/2/2020) pada awak media.
Kenaikan paling signifikan untuk harga bumbu dapur hanya pada cabai merah.
Kemudian, yang menonjol lainnya ialah bawang putih.
Bawang putih, melonjak harganya hingga mencapai Rp 20 ribu.
Dari harga Rp 30 ribu menjadi Rp 50 ribu per kilogramnya.
Sedangkan untuk harga cabai merah besar, masih dijual oleh pedagang sekitar Rp 65 ribu per kilogram.
Kemudian, bawang merah sekitar Rp 28 ribu.
Cabai merah besar dan bawang merah, untuk harga relatif masih stabil.
"Untuk Bawang putih naik sekarang 50 dari sebelumnya 30. Pembeli kalau biasanya beli sekilo sekarang setengah, kalau dulu setengah jadi seperempat. Mengurangi. Pasokan dari jawa seret soalnya," jelasnya.
Tentu saja akibat dari lonjakan harga ini, para konsumen mengeluh.
Salah satunya ialah Laila Supriya yang mengaku, harus mengurangi pembelian bumbu dapur untuk menghemat belanjaan untuk urusan dapurnya.
Padahal, kebutuhan dapur harus terpenuhi.
Dengan demikian, maka berharap pemerintah bertindak untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok atau bumbu dapur.
"Harganya mahal. Jadi mengurangi pembelian. Berharapnya biar turun harganya," ungkapnya.
Terpisah Kepala Dinas Koperindag Jembrana, Komang Agus Adinata mengatakan, bahwa memang persoalan kenaikan harga cabai itu tidak hanya terjadi di Jembrana.
Melainkan juga di daerah lain, bahkan se Indonesia.
Persoalan yang muncul ialah memang karena menjelang hari raya dan kedua ialah faktor cuaca yang ekstrem.
Sehingga, Pasokan itu tidak bisa berlebih dari Jawa.
"Ya karena cuaca dan memang jelang hari raya. Cabai dan bawang putih itu relatif fluktuatif harganya," jelasnya.
Program Melapot Efektif Atasi Kenaikan Cabai
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana, I Wayan Sutama, menuturkan, untuk pasokan dari petani hingga saat ini belum mengalami kendala.
Dan rata-rata untuk kebutuhan di pasar-pasar Jembrana lebih mengandalkan pasokan dari Jawa.
Namun, kebutuhan cabai itu terbagi dua. Untuk kebutuhan rumah tangga dan industri.
Rata-rata yang berada di pasar ialah kebutuhan Industri.
"Kalau rumah tangga kami sudah minta untuk mensukseskan program menanam dalam pot," ucapnya, beberapa waktu lalu.
Program menanam dalam pot itu sendiri, sambungnya, dapat mengatasi kebutuhan cabai untuk warga rumahan.
Artinya, dari satu pot itu bisa menghasilkan cabai untuk kebutuhan dapur warga.
Di samping itu, dianjurkan pula setiap rumah tangga bisa memiliki dua pot.
Pot lainnya bisa untuk menanam tomat atau tanaman lain, untuk kebutuhan dapurnya.
"Jadi kalau satu KK menanam cabai di dalam pot, pasti untuk mencukupi kebutuhan dapur itu teratasi. Selain itu juga bisa menanam tanaman lain. Paling tidak ada dua pot," jelasnya. (*).