Tak Mau Makan & Bengong Tiga Hari, 9 Ekor Babi Milik Peternak di Denpasar Ini Akhirnya Mati
Komang Sri Wahyuni tengah suntuk menyemprot kandang babinya di Gang Flora Bali, Jalan Hayam Wuruk, Denpasar dengan selang,
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ady Sucipto
Pria yang memelihara 25 indukan babi itu pun mengaku tidak bisa melanjutkan usahanya sebagai peternak babi dengan waktu cepat, lantaran wabah tersebut belum ada solusinya.
“Sementara saya terpaksa di proyek ini, di Ubud, Gianyar. Bagaimana men, belum ada solusi masak hasil labnya tidak dikeluarkan,” jelasnya Rabu (4/2/2020).
Lebih lanjut ia berharap agar pemerintah setempat cepat menangani wabah tersebut.
Pasalnya sudah sampai satu bulan wabah tersebut belum ada solusi dan terkesan sampai berlarut-larut.
“Kalau sampai berlarut, seperti saya yang mata pencahariannya pada peternak babi kan susah. Bahkan setidaknya 60 persen penghasilan saya dari ternak babi,” jelasnya sembari mengatakan itu pun permainan uang di Bank, kalau mangkrak gini kan saya tidak bisa bayar dan risikonya sangat tinggi.
Ia pun mengaku akan beternak babi kembali jika solusi sudah didapat oleh pemerintah.
Pemerintah pun harus cepat dalam mengambil tindakan.
“Pasti kalau ada obat, vaksin, saya pasti akan jadi peternak kembali. Kalau tidak begitu apa saya gunakan bayar hutang,” pungkasnya.
Dikonfirmasi terpisah Kabid Keswan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Gde Asrama belum bisa berbuat banyak terkait wabah kematian babi tersebut.
Terkait hasil lab pihaknya menyerahkan ke BBVet Denpasar.
“Untuk hasi lab, teman-teman kita yang di BBVet Denpasar yang menindaklanjuti,” ungkapnya
Pihaknya pun menyarankan bagi peternak yang kandangnya sudah kosong, pihaknya menganjurkan untuk sementara jangan memasukkan bibit dulu, sampai penyakit tersebut dinyatakan atau terkendali.
Sayangnya sampai kapan ini akan berlasngung, pihaknya tidak bisa menjawab hal terebut “Kita lihat satu siklus produksi atau situasi penyakit di lapangan dulu,” katanya
Disinggung mengenai secara pasti berapa jumlah babi yang mati di Badung Asrama pun tidak berani banyak berkomentar.
Malahan ia menyerahkan konfirmasi ke Dinas Pertanian Provinsi Bali.
“Untuk yang ini (jumlah –red) bisa komunikasi dengan pihak provinsi Bali. Biar satu pintu informasi dan datanya,” ujarnya lagi. (*)