Pemprov Bali Sempat Nyatakan Kematian Babi di Bali Positif ASF namun Kini Justru Membantah

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali nampaknya mengalami kebimbangan alias plin plan dalam menentukan kematian ratusan babi di Bali.

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tribun Bali/I Wayan Sui Suadnyana
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali Dewa Made Indra saat ditemui awak media di acara makan daging babi bersama di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Jum’at (7/2/2020). 

Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana

 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali nampaknya mengalami kebimbangan alias plin plan dalam menentukan kematian ratusan babi di Bali.

Sempat menyatakan kematian babi akibat virus African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika, namun kini hal itu justru dibantah.

Kematian ratusan babi di Bali karena virus ASF sebelumnya dinyatakan langsung oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali Dewa Made Indra.

“Virus Flu Babi Afrika ada, dan itu sudah diantisipasi Dinas Pertanian kita dengan Balai Besar Veteriner Denpasar,” kata Sekda Dewa Indra usai kegiatan sosialisasi Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan/atau Destilasi Khas Bali di Rumah Jabatan Gubernur Bali, Rabu (5/2/2020) lalu.

Di Tengah Isu ASF, Pemprov Bali Adakan Makan  Daging Babi Bersama

Waspada, Ini 3 Tips Agar Terhindar Dari Penipuan Vendor Maupun Wedding Organizer

Partai Gerindra Memohon Maaf Pada Masyarakat Atas Penggerebekan PSK Yang Libatkan Andre Rosiade

Saat itu, Sekda Dewa Indra mengatakan, meski sudah positif ASF namun kematian babi di Bali tidak masuk dalam kategori zoonosis atau menular kepada manusia.

Virus itu, kata dia, berasal dari sisa makanan pesawat atau limbah yang berisi daging impor yang dijual dan biasanya dibeli peternak babi.

Senada dengan pernyataan Sekda Dewa Indra, waktu itu Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana juga mengatakan hal yang sama.

Partai Gerindra Janji Usut Dugaan Anggota DPR Andre Rosiade Jebak PSK di Hotel

Pembunuh Kedua Bagi Wanita Indonesia, Kenali Gejala Kanker Serviks, Keputihan Jadi Peringatan Dini

Praktik Ningsih Tinampi Digeruduk Polisi dan Dinkes, Terungkap Pengobatan Sebenarnya

Dirinya juga mengatakan bahwa penyakit ASF ini tidak zoonosis atau tidak menular kepada manusia.

“Dia hanya menular kepada babi. Ke peternak lain tidak apalagi manusia,” kata Wisnuardhana.

Namun setelah sempat mengeluarkan pernyataan tersebut, Pemprov Bali kini justru menampik bahwa kematian babi disebabkan oleh virus ASF.

“Sampai saat ini mengenai virus ASF itu masih suspect, belum positif,” kata Sekda Dewa Indra pada saat acara makan daging babi bersama di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Jum’at (7/2/2020).

Hal itu, kata dia, karena Balai Veteriner Kelas I Denpasar sudah melakukan uji namun belum bisa memastikan.

Oleh karena itu, pihak Veteriner Denpasar mengirimnya ke Bali Besar Veteriner di Medan.

"Dikirimnya sampel babi tersebut di Medan karena di daerah tersebut sudah lebih dahulu mengalami positif ASF sehingga mempunyai pengalaman untuk mengidentifikasi virus itu,” tuturnya.

“Jadi sekali lagi, isu virus ASF yang ramai di media saat ini, itu baru suspect. Namun demikian karena sudah menimbulkan kematian babi yang sudah signifikan tentu kita harus waspadai,” imbuhnya.

Mengenai uji labnya, Sekda Dewa Indra mengatakan bahwa pihaknya sudah meminta agar hasilnya cepat dikeluarkan sehingga ada kepastian penyebab kematian babi di Bali.

Namun ia mengatakan, ada hal yang lebih penting daripada menunggu hasil uji lab positif atau tidak.

Hal yang lebih penting itu yakni pengendalian yang sudah dilakukan saat ini.

Menurutnya, petugas di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan yang membidangi peternakan bersama dengan kabupaten dan kota serta Balai Veteriner sedang melakukan upaya untuk meredam penyebaran virus tersebut.

Upaya ini juga dibantu oleh Kementerian Pertanian khususnya Direktoran Jendral (Dirjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Upaya pengendalian tersebut, jelasnya, dilakukan dengan mengedukasi masyarakat supaya tidak menggunakan bahan pakan babi dari sisa hotel, restoran dan katering (Horeka).

“Kita tahu makanan babi dibeli dari bekas-bekas atau sisa makanan, entah dari warung, dari restoran, dari pesawat,” kata dia.

Baginya, pemberian pakan dari sisa makanan tersebut sebenarnya tidak ada masalah, yang terpenting harus dimasak sampai mendidih.

Kemudian yang kedua, masyarakat diimbau untuk menjaga kebersihan kandang babinya.

Pihaknya juga mengaku sedang membagikan disinfektan secara gratis kepada para peternak babi untuk terus disemprotkan pada kandang babi.

Eks Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali itu mengklaim bahwa kematian babi di Bali yang diduga suspect ASF sejak beberapa hari ini sudah tidak ada lagi.

Hal itu, kata dia, karena pihaknya secara terus melakukan upaya pengendalian. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved