Waspada, Sering Nonton TV dan Main Ponsel Dapat Merusak Otak Anak

Waspada, Dampat Negatif Smartphone, Sering Nonton TV dan Main Ponsel Dapat Merusak Otak Anak

pixabay.com/3dman_eu
Ilustrasi anak bermain ponsel. 

TRIBUN-BALI.COM - Di era modern ini, tidak jarang kita melihat orang-orang memegang ponsel atau tablet.

Bahkan ponsel telah dipegang dan dimainkan oleh anak-anak.

Anak-anak pun sekarang lebih gemar bermain dengan smartphone dari pada bermain diluar dengan teman-temannya.

Para peneliti berharap para orangtua membawa anak-anak kembali ke taman bermain dan tidak sibuk bermain online, karena efek negatifnya pada anak-anak.

Mitos Suara Burung di Malam Hari, Pertanda Datangnya Musibah hingga Akan Ada yang Meninggal

Polemik Aksi Andre Rosiade dalam Penggerebekan PSK, Merasa Dirugikan Pihak Hotel Siap Buka CCTV

Akibat Virus Corona, Andy Lau Membatalkan 12 Konser dan Rugi Hingga Rp 23 Miliar

Sebuah studi baru, yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Pediatrics, menemukan bahwa ponsel, tablet, dan bahkan televisi dapat menunda perkembangan otak pada bayi, balita, dan anak prasekolah.

Para peneliti menganalisis pemindaian otak anak-anak, usia tiga hingga lima tahun, dan paparan mereka terhadap layar.

Anak-anak yang terpapar TV dan gadget selama lebih dari satu jam sehari tanpa keterlibatan orangtua, terlihat memiliki tingkat perkembangan yang lebih rendah dalam area putih otak mereka.

Wilayah ini memainkan peran penting dalam keterampilan bahasa, literasi, dan kognitif.

"Ini adalah studi pertama yang mendokumentasikan hubungan antara penggunaan layar dan ukuran struktur dan keterampilan otak yang lebih rendah pada anak-anak usia prasekolah," kata John Hutton, penulis utama penelitian dan seorang dokter anak dan peneliti klinis di Rumah Sakit Anak Cincinnati.

"Ini penting karena otak berkembang paling cepat dalam lima tahun pertama."

Dia mencatat bahwa otak masih sangat plastis, perubahan yang tak dapat kembali ke bentuk semula, pada masa kanak-kanak.

Ini berarti setiap perubahan atau keterlambatan perkembangan mereka dapat menyebabkan masalah yang bisa bertahan seumur hidup.

Untuk penelitian tersebut, Hutton dan koleganya menganalisis 47 otak anak-anak sehat menggunakan MRI tipe khusus yang disebut diffusion tensor imaging.

Alat ini memungkinkan para peneliti untuk melihat secara dekat area putih otak peserta.

Anak-anak juga menerima tes kognitif dan orangtua mereka menjawab sistem penilaian pada saat screen time yang disediakan oleh American Academy of Pediatrics.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved