Petugas Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana Semprot Disinfektan Kandang Babi di Biluk Poh
Jumat (7/2/2020) petugas Bidang Keswan Kesmavet Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana melakukan penyemprotan di sekitar kandang ternak babi
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Menyusul dengan matinya tiga ekor babi berusia enam bulan di Biluk Poh Kangin, Keluarahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Bali.
Pada Jumat (7/2/2020) petugas Bidang Keswan Kesmavet Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana melakukan penyemprotan di sekitar kandang ternak babi yang mati.
Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi kejadian lagi, karena pemilik masih memiliki beberapa babi dalam kondisi hidup.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, Wayan Sutama mengatakan, penyemprotan itu sebagai bentuk untuk menghindari kejadian lanjutan.
• Sarang Tawon Resahkan Warga, Petugas Damkar Tangani Sarang Tawon di Desa Paksebali Klungkung
• Kredit Perbankan di Bali Lampaui Nasional, Tumbuh Hingga 7 Persen
• 2 Siswa SD Ini Selamatkan Temannya yang Hendak Diculik, Sebut Pernah Melihat Penculik di Youtube
Dan memang bisa dipastikan babi mati dalam satu kandang itu, tidak mendadak, meski dalam waktu berdekatan.
Besar dugaan dikarenakan pengaruh cuaca ekstrim.
Hal itu terlihat dari gejala klinis anoreksia (kehilangan nafsu makan).
"Kami belum sempat mengambil sampel dan dari informasi saat petugas datang babi sudah dikubur 4 jam. Petugas juga melihat kondisi atap kandangnya menggunakan bekas spanduk dan banyak bolong. Jadi kami imbau untuk perbaikan kandang dan penyemprotan ini dilakukan," ucapnya, Jumat (7/2/2020).
Sementara itu, Kabid Kesehatan Hewan dan Kesmavet pada Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, Wayan Widarsa menuturkan, penyemprotan itu dilakukan di dalam bagian dalam kandang dan di luar kandang.
Terutama di bagian dalam dan luar kandang babi yang masih hidup.
Bahkan, penyemprotan juga dilakukan pihaknya di peternak lain yang berada di sekitaran lokasi kejadian babi mati.
"Upaya penyemprotan kandang ini, adalah untuk sterilisasi areal kandang pasca kejadian babi mati kemarin (dua hari lalu)," jelasnya.
Widarsa mengaku, untuk babi yang masih hidup, kepada pemilik diminta untuk dilakukan pemantauan.
Ketika sewaktu-waktu mengalami hal serupa maka segera melaporkan ke pihaknya.
Supaya dapat dilakukan penanganan.
Dan dari hasil pengecekan sekitar 4 jam setelah babi mati atau sesudah dikubur, maka dipastikan tiga ekor babi yang mati milik warga itu bukan karena virus ASF.
"Tidak. Bukan ASF. Kami lihat kronologisnya juga tidak mendadak matinya," ucapnya.
Kejadian kematian tiga ekor babi ini mendadak heboh.
Sebab, tiga ekor babi ternak milik Gede Eka Putra Suardana (34) dikabarkan mati mendadak.
Tiga ekor babi yang berada dalam satu kandang ukuran 2X2 meter itu mati berurutan selang beberapa jam saja.
Babi tiba-tiba saja tidak mau makan dan mati berurutan.
Pada malam hari, dua ekor mati dan kemarin pagi (Kamis 6/2/2020) satu ekor.
Matinya babi itu membuat kerugian pada Gede Eka, karena beberapa hari sebelum hari Raya Galungan.
Dan tiga ekor babi itu sudah akan dibeli oleh orang untuk mepatung. (*).