APCAS Ke-28 Digelar di Bali, Bahas Sistem Pertanian dan Ketahanan Pangan di Kawasan Asia Pasifik
Pertemuan dua tahunan ahli statistik dan pakar pertanian ini akan meninjau dan mendukung kesiapan kawasan
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Irma Budiarti
APCAS Ke-28 Digelar di Bali, Bahas Sistem Pertanian dan Ketahanan Pangan di Kawasan Asia Pasifik
Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin
TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) hari ini menyerukan percepatan perbaikan pengumpulan pemantauan data statistik pertanian, untuk memastikan target yang ditetapkan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) secara akurat dilaporkan dalam wilayah terbesar di dunia, Asia-Pasifik.
Seiring berlalunya waktu menuju 2030, tahun ketika 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dunia harus dicapai, negara-negara di kawasan regional bekerja meningkatkan sistem pendataan statistik dan analisis untuk perencanaan yang lebih balk di sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan.
Namun, kemampuan untuk memantau dan menganalisis statistik tersebut bervariasi untuk masing-masing negara, dan tidak ada tempat di dunia yang lebih bervariasi daripada kawasan Asia-Pasifik.
Kepala Statistik FAO Pietro Gennari, mencatat adanya kesenjangan data yang signifikan di Asia-Pasifik dalam memonitor SDGs dan lambatnya pencapaian tujuan.
FAO bersama Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik menggelar pertemuan ke-28 Asia-Pasifik untuk Statistik Pertanian (APCAS) di Bali, Senin 10 - 14 Februari 2020.
APCAS ke-28 ini dihadiri 100 delegasi dari 30 negara dan 9 organisasi internasional dan regional.
Berfokus pada kebutuhan spesifik statistik pangan dan pertanian Asia-Pasifik, pertemuan dua tahunan ahli statistik dan pakar pertanian ini akan meninjau dan mendukung kesiapan kawasan untuk menghasilkan statistik yang memadai untuk memantau kemajuan menuju target SDGs tahun 2030.
Ketahanan pangan memainkan peran penting dalam berbagai bentuk kelaparan dan kekurangan gizi.
Mayoritas kelaparan dunia dan anak-anak yang terkena dampak stunting tinggal di Asia-Pasifik.
Di negara-negara berpenghasilan menengah ke atas dan tinggi, tinggal di rumah tangga yang rawan pangan akan memperbesar kemungkinan obesitas pada anak-anak usia sekolah, remaja, dan orang dewasa.
Kelaparan telah meningkat di banyak negara.
Ekonomi melambat atau berkontraksi sebagian besar di negara-negara berpenghasilan menengah.
Selain itu, guncangan ekonomi berkontribusi untuk memperpanjang dan memperburuk keparahan krisis pangan yang terutama disebabkan konflik dan goncangan iklim.