Yakinkan Bali Aman dari Virus Corona, Pelaku Pariwisata Usul Undang Media Internasional Diajak ke RS
Biasanya para wisatawan ini tidak mengurungkan keinginannya untuk bepergian, namun hanya merubah destinasinya.
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Huda Miftachul Huda
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Virus corona berdampak besar terhadap pariwisata Bali.
Langkah untuk memulihkan kunjungan wisata agar kembali meningkat diminta segera dilakukan.
Ketua Penasehat ASITA Bali sekaligus pelaku pariwisata, Bagus Sudibya mengatakan Bali merupakan tumpuan pariwisata secara nasional, karena sekitar 40 persen pariwisata Indonesia bergantung pada kunjungan wisatawan yang datang ke Bali.
Dengan terjadinya wabah virus corona yang menyebabkan penurunan kunjungan wisatawan China ke Bali, pihaknya meminta agar recovery permasalahan kepariwisataan segera diambil untuk memberikan kepastian bahwa Bali aman dari virus corona.
• Gara-gara Virus Corona, Bisnis Kasino di Makau Rugi Besar
• Pemerintah China Mengalokasikan Dana 10,28 Miliar Dollar AS Untuk Menangani Virus Corona
“Yang artinya per hari ini tidak satupun orang di Indonesia, khususnya di Bali yang terpapar virus Corona ini,” kata Bagus saat ditemui di Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Senin (10/2/2020).
Maka dari itu jaminan bahwa Bali terbebas dari virus corona perlu dibuktikan dengan mengundang pers internasional atau media internasional untuk diajak bersama-sama pergi ke Rumah Sakit di Bali dan melihat kondisinya secara langsung.
Ini kata dia agar para jurnalis internasional ini bisa membuktikan bahwa tidak ada satupun dari sekian banyak RS yang dikunjungi ada pasien terpapar virus corona.
Selain itu pihaknya melihat ada potensi pasar lain yang bisa digarap di Bali.
Berdasarkan data, lama tinggal (length of stay) turis China yang selama ini yang datang ke Indonesia, khususnya ke Bali rata-rata 4 sampai 5 malam per kunjungan.
Selanjutnya, pasar lain yang berpotensi untuk digaet adalah China dikunjungi sekitar 30 juta wisatawan mancanegara setiap tahunnya, tetapi untuk sementara waktu akibat wabah virus Corona mereka tidak pergi ke China, sehingga itu menjadi peluang bagi Bali.
Biasanya para wisatawan ini tidak mengurungkan keinginannya untuk bepergian, namun hanya mengubah destinasinya.
“Ini merupakan satu pasar yang mungkin saja bisa kita garap secara langsung maupun tidak langsung. Sekarang bagaimana caranya kita bisa meyakinkan mereka bahwa bisa datang ke Bali karena aman, tidak ada indikasi virus corona yang terjangkit di Bali,” tuturnya.
Selain itu, kata Bagus, lost dari pasar wisatawan China ini bisa disubstitusi dengan kunjungan turis Australia dan Eropa, karena mereka biasanya rata-rata tinggal lebih lama, yakni antara dua minggu hingga empat minggu.
Ditambah lagi ada sekitar 300 ribu wisatawan China yang pergi ke Indonesia.
Sementara waktu mereka juga tidak mungkin pergi karena penerbangan ditutup.
Hal ini juga menjadi pasar yang potensial untuk digarap.
“Mungkin bisa melakukan kampanye bersama antara stakeholder pariwisata, Pemerintah dan maskapai penerbangan secara terorganisasi yang baik.,” imbuhnya. (*)