Pemerintah Harus Lindungi Panen Petani, Ranperda Perlindungan Lahan Pertanian Digodok

DPRD Gianyar terus menggodok Ranperda tentang Lahan Pertanian Berkelanjutan, Ranperda harus menguntungkan para petani

Tribun Bali/I Komang Agus Aryanta
Foto Ilustrasi Petani, Bapak Ponidi, Petani cabai di daerah Desa Pangsan, Petang Badung saat melihat hasil tanaman cabainya, Kamis (23/1/2020) 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR – DPRD Gianyar terus menggodok Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang Lahan Pertanian Berkelanjutan.

Dimana Ranperda tersebut harus menguntungkan para petani.

Hal tersebut lantaran saat ini, kondisi pertanian di Kabupaten Gianyar, Bali relatif memprihatinkan.

Seperti, minimnya minat generasi muda untuk bertani, lantaran penghasilan yang didapat belum dinilai bagus.

Jembatan Bambu Hanyut Akibat Luapan Sungai di Bangli, Puluhan KK di Subak Yeh Tangga Terisolir

Begini Keluhan Pelatih Bali United Soal Lisensi Kepelatihannya Kembali Dipermasalahkan di AFC Cup

Bawaslu Badung Mulai Rekrut Pengawas Tingkat Desa, Ini Syaratnya

Anggota Fraksi PDIP DPRD Gianyar, I Ketut Sudiasa, Selasa (11/2/2020) mengatakan, dirinya berusaha semaksimal mungkin dalam memasukan sejumlah point penting dalam Raperda tentang Lahan Pertanian Berkelanjutan.

Seperti, perlindungan terhadap penyaluran hasil panen petani.

Baik sebelum panen, saat panen dan pasca panen pemerintah harus hadir melindungi petani

Sebab,biasanya ketika hasil panen berlimpah, justru harga jualnya sangat murah.

Kondisi tersebut selalu mengakibatkan petani merugi atau paling tidak kembali modal.

Kondisi tersebutlah yang mengakibatkan, generasi muda enggan bertani, dan yang paling parah adalah maraknya alih fungsi lahan.

“Pemerintah harus melindungi petani dalam setiap hal, karena generasi petani kita sudah sangat sedikit. Masyarakat lebih memilih mengalih fungsikan lahannya ketimbang bertani, karena hasil yang diterima tak memuaskan,” ucapnya.

Sudiasa mengungkapkan, point tersebut tidak hanya berdasarkan aspirasi masyarakat, tetapi juga atas pengalaman pribadinya.

Disebutkannya, dirinya pernah menanam ketela ungu pada lahan seluas 2,5 hektare.

Saat musim panen, hasilnya relatif bagus.

“Tapi tidak ada pembeli. Ini hanya contoh kecil. Sebab komoditas lain juga mengalami hal serupa, petani tidak memiliki kekuatan apapun saat hasil panen produksi melimpah,” tegasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved