Breaking News

Ngopi Santai

Mengapa Makin Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian?

Benarkah anda menggunakan gadget untuk benar-benar memudahkan kehidupan anda, sehingga kegiatan anda menjadi lebih efektif, efisien, hemat waktu dan

Penulis: Sunarko | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Pixabay
Ilustrasi: Bermain gadget. Mengapa kian banyak orang kesepian di tengah keramaian? 

Karena itu, Cal menyodorkan  jurus berikutnya agar tidak mengalami gangguan kecemasan FOMO. Apa itu?

Berapa Kali Anda Mengecek Ponsel Dalam Sehari? Jangan-jangan Sudah Kecanduan Ponsel

2) Baliklah FOMO

Dikatakan Cal, istilah FOMO hanya ada dalam pergaulan di dunia maya (virtual), yang hakikatnya adalah semu.

Karena semu, pergaulan di dunia maya jelas tak sepenuhnya mewakili secara hakiki dunia nyata, meskipun –absurdnya—dunia maya kini sedang berubah menjadi (seperti) dunia nyata (contohnya: sentimen di dunia maya bisa pengaruhi pilihan politik di dunia nyata).

Padahal, kata Cal, hakikat kehidupan itu ya di dunia nyata. Relasi yang bermakna (meaningful ) itu ada di dunia nyata.

Kata seorang kawan, hidup nyata adalah hidup off-line, bukan on-line. Seberapa banyak like yang didapat di dunia maya tidak ada artinya bila kita mendapat banyak dislike di dunia nyata.

So, adalah aneh seseorang cemas tertinggal informasi dari dunia maya (takut dianggap kudet), tapi tidak merasa khawatir makin tidak memiliki waktu untuk menjalin relasi di dunia nyata secara face-to-face akibat waktunya dihabiskan untuk nge-gadget.

“Gangguan FOMO itu hanya muncul karena kebanyakan orang kini super-connected, tiada waktu tanpa bergadget. Coba kalau Anda mengurangi porsi waktu bergadget Anda, maka dengan sendirinya FOMO itu akan hilang ,” demikian ungkap Cal, yang juga penulis buku laris Don’t Follow Your Passion.

Dengan kata lain, baliklah FOMO. Perbanyaklah porsi waktu Anda tanpa koneksi internet, maka dengan sendirinya gangguan mental FOMO akan terkikis.

Sebagai tambahan, FOMO di era wifi ada di mana-mana ini memunculkan fenomena psikologis lanjutan, yakni merebaknya perasaan kesepian di tengah keramaian lalu-lintas komunikasi dunia maya.

Survei menunjukkan, dalam waktu sekitar 20 tahun terakhir, tingkat (perasaan) kesepian di kalangan warga di negara-negara maju melonjak dua kali lipat.

Kesepian adalah sebuah kondisi batin yang menekan dan menyakitkan karena merasa sendirian, terputus dan terisolir. Kesepian itu masuk kategori depresi. Dan depresi adalah salah-satu pemicu bunuh diri.

Dalam bukunya Back to Human, Dan Schawbel mengatakan:

“Gadget menciptakan ilusi bahwa seseorang telah memiliki pergaulan yang luas hanya karena dia banyak memiliki teman (friend) di grup WA, join banyak akun grup di FB dan telegram. Padahal ingat bahwa teman di medsos itu tidak otomatis teman yang benar-benar nyata,” kata Schawbel seperti dikutip CBS News edisi 13 November 2018.

Jadi, mulai sekarang perbanyaklah silaturahmi, kopi darat atau jenis-jenis hubungan akrab lainnya yang sifatnya offline. Survei menunjukkan, 70 persen kebahagiaan ditentukan oleh tingkat keakraban relasi kita di dunia nyata.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved