Hari Raya Galungan
Tak Pulang Kampung Pas Hari Raya Galungan, Beberapa Pedagang Canang Ini Berjualan di Pura Jagatnatha
Hari Raya Galungan merupakan hari raya yang menandai kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan).
Penulis: Ni Kadek Rika Riyanti | Editor: Ady Sucipto
“Saya jualan saat hari raya saja. Ramai bisa dapat Rp. 100 ribu sampai Rp. 150 ribu. Sepi biasanya dapat Rp. 50 ribu.
Rata-rata mereka (umat Hindu yang datang sembahyang) sudah bawa canang sendiri dari rumah,” ujarnya seraya membuat canang.
Berbeda dengan Wayan Rasmin, Bu Nengah seusai bersembahyang di Pura Jagatnatha menggelar dagangannya berupa minuman dingin dan beberapa cemilan.
Ibu yang berasal dari Karangasem ini juga tidak pulang ke kampung halamannya.
“Gak pulang kampung, sudah keluarga yang ke Karangasem. Saya di sini jualan supaya dapat uang untuk merahinan Kuningan nanti,” kata Bu Nengah.
Mengenai ada tidaknya perbedaan penghasilan pada hari biasa, Bu Nengah merengut dan menggeleng. “Tidak ada, biasa saja.
Kadang sepi kadang ramai, apalagi yang jualan di sini kan banyak,” ujarnya, tidak bisa merincikan penghasilan yang diperoleh.
Meskipun sudah berjualan sejak pagi di depan Pura Jagatnatha, pedagang-pedagang tersebut mengaku sudah melakukan persembahyangan sebelumnya di tempat tinggalnya masing-masing di Denpasar.
“Oh, saya sudah. Sembahyang di kos dulu baru sembahyang di sini (Pura), ini langsung jualan,” tutup Bu Nengah. (*)