Berita Banyuwangi
Lestarikan Budaya, Milenial Banyuwangi Lakukan Flash Mob Jaranan Buto
Sebanyak 234 anak-anak milenial Banyuwangi melakukan flasmob tarian Jaranan Buto di Lapangan Kradenan
Tari ini pertama kali dikembangkan pada 1963 oleh Setro Asnawi.
Seniman kelahiran Trenggalek pada 1940 itu, pindah ke Banyuwangi pada dekade 60-an awal.
Atas interaksinya dengan sejumlah kesenian di daerah asalnya dan hasil dialogis dengan budaya di tempat rantaunya, lahirlah Jaranan Buto.
"Tari ini menggambarkan simbol-simbol yang saya lihat saat awal-awal datang ke Banyuwangi. Mulai kisah Minakjinggo, Kebo Mencuet hingga patung-patung macan yang banyak dijumpai di Banyuwangi," terang sesepuh yang lama tinggal di Desa Kebondalem tersebut.
Dari yang awalnya begitu sederhana, seiring perkembangan zaman, tari Jaranan Buto terus berkembang.
Mulai dari musik pengiring, seragam, hingga koreografi.
"Saya bangga tari ini kini banyak ditarikan oleh generasi muda. Tidak hanya di Banyuwangi saja. Bahkan di berbagai daerah di Jawa Timur," tambahnya.
(Surya/Haorrahman)