Tidak Hanya Stres dan Depresi, Kesepian juga Bikin Orang Cepat Pikun

Namun, dampak dari kesepian tak cuma stres dan depresi. Rasa sepi juga bisa menjadi faktor risiko Anda mengalami kepikunan atau demensia lebih cepat.

pixabay.com/Free-Photos
ilustrasi 

TRIBUN-BALI.COM - Galau dan kesepian bisa dialami semua orang. Tanpa disadari, perasaan tertekan karena dua hal itu dapat menyebabkan stres dan depresi.

Namun, dampak dari kesepian tak cuma stres dan depresi.

Rasa sepi juga bisa menjadi faktor risiko Anda mengalami kepikunan atau demensia lebih cepat.

Hal ini disampaikan oleh dokter Saraf, dr. Yuda Turana di Unika Atma Jaya Jakarta.

"Loneliness atau kesepian itu juga biasanya mereka merasa tidak dihargai, tidak diperhatikan. Ini menjadi faktor risiko demensia," kata Yuda, Kamis (5/3/2020).

Pengobatan Tradisional Masuk Puskesmas di Bali, Nanti Pasien Tinggal Pilih Mau Berobat Cara Apa

Jelang Lawan Ceres Negros Tak Ada Spaso dan Paulo, Coach Teco Pilih 2 Pemain Ini sebagai Alternatif

Pengakuan 6 Bocah yang Lempari Mobil di Bypass Mantra & Ngurah Rai, Terkuak Aksi Kejahatan Lainnya

Dijelaskan Yuda, kesepian dan kegalauan cenderung membuat orang tersebut mengalami stres dan depresi.

Stres dan depresi itu juga menjadi persoalan yang sangat kompleks.

Karena seiring dengan sel-sel yang cenderung menua, hal ini juga bisa memicu berbagai penyakit seperti stroke, tekanan darah tinggi atau hipertensi, serta daya imunitas yang menurun.

Semua risiko di atas seperti tekanan darah tinggi dan daya imunitas yang menurun pada akhirnya memicu demensia atau kepikunan lebih cepat muncul.

Anggara Kasih Medangsia, Hari Cinta Kasih untuk Semua Makhluk, Ini yang Harus Dilakukan

Kapten Persib Bandung Cedera Kepala, Begini Penjelasan Dokter Tim

Peneliti ICW Heran Sampai Sekarang KPK Belum Menemukan Harun Masiku

"Loneliness itu kan biasanya mereka stres dan depresi, ini bisa menyebabkan penurunan fungsi otak," ujar dia.

Untuk diketahui, kepikunan atau demensia itu disebabkan oleh adanya gangguan pada syaraf yang ada di otak.

Yuda menjelaskan, dalam beberapa penelitian menemukan bahwa kesepian lebih sering dialami oleh mereka yang tinggal di negara maju dibanding negara berkembang.

Penelitian yang dilakukan lebih kepada melihat ikatan sosial antara anak dan orang tua yang demensia.

Yuda menerangkan, anak di negara maju jika ditanya apakah akan merawat orangtua yang mengalami kepikunan atau tidak, mereka kebanyakan akan menolak atau memilih menitipkan orangtua ke institusi perawatan khusus lansia.

Hal ini berbeda dengan anak yang tinggal di negara berkembang.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved