Kena Diabetes dan TBC, Seniman Joged Ketut Jingga Tutup Usia
Ditemui di rumah duka, Rabu (11/3/2020), istri almarhum, Luh Resmi (70) menuturkan, Ketut Jingga sudah dua tahun terkahir mengalami sakit diabetes.
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Maestro tari joged, Ketut Jingga (68) tutup usia.
Seniman andalan Buleleng itu meninggal pada Selasa (10/3/2020) sekitar pukul 18.00 Wita, di kediamannya, Banjar Dinas Dajan Margi, Desa Sarimekar, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, akibat terserang penyakit diabetes dan tuberkulosis (TBC).
Ditemui di rumah duka, Rabu (11/3/2020), istri almarhum, Luh Resmi (70) menuturkan, Ketut Jingga sudah dua tahun terkahir mengalami sakit diabetes.
Meski sakit, semangat Ketut Jingga untuk terus melestarikan tari joged tidak pernah padam.
• Data Tak Akurat, Pemkab Tabanan Validasi Data PBI BPJS Kesehatan
• Seorang Pasien Covid-19 Meninggal Dunia, Puluhan Dalam Pengawasan. Ini yang Dilakukan Pemprov Bali
• Kapolresta Denpasar Pimpin Penyerahan Jabatan Baru Kasat Reskrim, Binmas dan Sabhara
Ia selalu menyempatkan diri untuk melatih anak didiknya yang tergabung dalam sanggar Sekaa Joged Karya Remaja.
Namun sekitar enam bulan yang lalu, gerak Ketut Jingga kian terbatas.
Sakit diabates itu membuat dirinya sempat terjatuh dan tak sadarkan diri, hingga membuat tulang pinggulnya bergeser.
Sehari-hari, almarhum hanya bisa menghabiskan waktu di atas tempat tidur.
"Sudah sembilan kali keluar masuk rumah sakit. Terakhir seminggu yang lalu, tidak bisa makan. Dibawa ke rumah sakit, kata dokter kena TBC juga. Dirawat inap, terus pulang tiga hari yang lalu. Sampai di rumah kondisinya semakin drop, sampai akhirnya meninggal Senin sore kemarin di rumah," tutur Luh Resmi.
Sementara anak ketiga almarhum, Nyoman Adya Yana (42) mengatakan, sebelum tutup usia, Ketut Jingga sempat berpesan kepada dirinya untuk terus melestarikan tari joged sesuai pakem alias tidak berbau porno.
"Saya ditugaskan untuk terus melestarikan joged. Kebetulan untuk mencari generasi penari joged di desa ini tidak terlalu susah. Harus ada daya tarik tersendiri untuk mengundang orang lain untuk ikut ngibing. Tidak boleh ada pornonya. Itu pesan bapak," kenang Adya sembari menitihkan air mata.
Ketut Jingga lahir pada 31 Desember 1952. Sejak masih kecil, almarhum sering diundang pentas di beberapa acara di seluruh Bali.
Bahkan, Ketut Jingga tercatat sudah membina sebanyak 34 Sekaa Joged yang tersebar di seluruh Bali.
Berkat kepiawaiannya itu, Ketut Jingga juga berhasil memperoleh sejumlah penghargaan, salah satunya penghargaan seni Wijaya Kusuma pada tahun 2005 dan Pengabdi Seni Seniman Tua Provinsi Bali 2012.
Rencananya jenasah Ketut Jingga akan di aben Selasa (17/3/2020) pagi di Setra Desa Sarimekar. (*)