Ngopi Santai
Terkurung di Kota Abadi
Kabar nelangsa datang dari adik sepupuku, seorang biarawati Katolik yang lebih dari 10 tahun berkarya di Italia.
Penulis: DionDBPutra | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Marinakis sudah mengumumkan sendiri via instagram bila dirinya positif terkena corona.
Dia berjanji mengikuti seluruh instruksi dokter agar bebas dari virus tersebut.
Tidak berhenti di situ.
Menteri Kesehatan Inggris, Nadine Dorries (62) juga tertular corona dan menjalani isolasi mandiri.
Dorries menuturkan dia segera mengambil segala langkah pencegahan begitu mendapatkan konfirmasi positif.
Dilansir Sky News Selasa (10/3/2020), Dorries menyebut Dinas Kesehatan Inggris melacak kasus ini dan kantornya langsung ditutup.
Politisi dari Partai Konservatif itu mengkhawatirkan sang ibu yang berumur 84 tahun, dia mulai batuk dan bakal jalani tes, Rabu (11/3/2020).
Meski merasa sedih sang menteri positif, Sekretaris Kesehatan Inggris, Matt Hancock mengapresiasi Dorries yang langsung mengisolasi secara mandiri.
"Kami mendoakan kesembuhannya. Saya paham mengapa publik khawatir dengan penyakit corona. Kami akan berusaha sebisa kami untuk menyelamatkan mereka," janjinya.
Juru bicara Departemen Kesehatan dan Layanan Sosial berujar, Dorries mulai mengalami gejala corona pada Kamis pekan lalu (5/3/2020).
Saat itu, dia menghadiri sebuah acara di Downing Street untuk memperingati Hari Perempuan Sedunia yang diprakarsai Perdana Menteri Boris Johnson.
Downing Street 10 (kediaman PM Inggris) belum merespons apakah Johnson sudah menjalani tes virus corona atau kapan dia akan melakukannya.
Mengutip BBC, Nadine Dorries terkonfirmasi positif terjadi setelah London mengumumkan kematian keenam di Inggris, dengan total kasus saat ini mencapai 382 orang.
Korban meninggal terbaru adalah pria berusia sekitar 80-an.
Dia sempat dirawat di RS Watford dan meninggal pada Senin malam waktu setempat (10/3/2020).
Inisiatif Periksa
Konon, Italia tunggang langgang seperti sekarang karena pemerintah setempat kurang sigap sejak awal virus merebak di Wuhan.
Indonesia bersyukur pemerintah lumayan sigap.
Tapi yang paling utama kita patut berterimakasih kepada ibu dan anaknya, dua penderita yang pertama kali diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020.
Mereka berinisiatif memeriksakan diri sehingga ketahuan menderita serangan virus yang belum ada obatnya tersebut.
Inisiatif semacam ini yang kita perlukan agar penanganan terhadap wabah ini cepat dan tepat.
Sejak terkuaknya kasus ibu dan anak itu, pemerintah dan semua pemangku kepentingan terus bergerak mencegah.
Memang jumlah yang positif bertambah, 27 orang hingga 10 Maret, namun ada keyakinan kita bisa terus menekannya.
Jika kasus bertambah secara signifikan isolasi wilayah seperti ditempuh China, Iran dan Italia bisa menjadi opsi pemerintah RI.
Kesembuhan bukan mustahil. Kabar baik terus berembus dari negeri China, episentrum covid-19.
Di Kabupaten Meizhou misalnya, 100 persen penderitaan virus corona sembuh.
Dua pekan terakhir tidak ada lagi penderita baru.
Kabar gembira juga datang dari Wuhan.
Pertama kali dalam dua bulan terakhir jumlah penderita baru hanya 36 orang di seluruh Provinsi Hubei yang ibukotanya Wuhan.
Bandingkan dengan kondisi bulan Februari lalu yang penderita baru saban hari selalu di atas 2.000 orang.
Otoritas setempat yakin Wuhan segera bebas corona.
Presiden China Xi Jinping sudah berkunjung ke Wuhan.
Pemerintah kota ini sudah menutup beberapa rumah sakit darurat karena tak ada pasien baru.
Penduduk Kota Chibi, satu kabupaten di Provinsi Hubei sangat senang karena diizinkan jalan-jalan di wilayah tersebut.
Pemerintah cabut masa isolasi.
Setelah dua bulan terpenjara, mereka kini bebas menghirup udara segar di luar rumah, menikmati hangatnya matahari dan memandang bunga musim semi yang indah.
Kerinduan yang sama kiranya mengisi ruang batin penghuni kota abadi Roma, rakyat Italia, Iran, Korea Selatan dan segenap penghuni bumi.
Berharap para ahli segera menemukan obat corona agar epidemi ini bertepilah sudah.
Terbayang bagaimana daya rusaknya kalau covid-19 terus meluas hingga tiga sampai enam bulan ke depan. Di Pulau Dewata Bali jeritan telah menyeruak hari-hari ini.
Objek wisata sepi. Jalanan lengang.
Ada saudara kita yang di-PHK, karyawan tidak diperpanjang lagi masa kontrak kerjanya.
Pukulan telak memang sangat dirasakan Bali yang pendapatan utamanya bersumber dari pariwisata.
Dalam skala berbeda Labuan Bajo juga telah merasakan efeknya.
Bagaimana Bali dan Labuan Bajo bergairah kalau puluhan juta orang terisolasi di rumahnya masing-masing?
Kemarin malam, seorang driver moda transportasi online di Denpasar mengeluh.
“Sepi pak. Saya sejak pagi sampai jam begini (pukul 20.00) belum mencapai poin aman untuk dapat insentif. Tidak biasanya seperti sekarang,” katanya lirih.
Pemerintah pusat dan daerah bakal kelimpungan karena sumber pendapatan terjun bebas.
PR pemerintah bagaimana menutup defisit anggaran tahun berjalan.
Kegalauan juga menerpa dunia usaha.
Pencapaian laba berpeluang meleset.
Corona sungguh menguji seberapa kuat bangsa ini akan bertahan.
Maka tak ada jalan pintas.
Rekatkuatkan solidaritas sosial.
Tak mungkin dikau mampu berjalan sendiri.
Berhenti saling menghujat dan menyalahkan.
Mari beraksi konkret.
Secuil pun pasti berguna bagi orang lain yang membutuhkan.
Di kampung saya, Nusa Tenggara Timur (NTT), bukan hanya corona yang menakutkan.
Bencana sesungguhnya justru demam berdarah.
DBD menyerang hebat, 14 orang meninggal di Kabupaten Sikka dan seluruh NTT sudah 34 orang.
Oh Tuhan semoga di sana solidaritas sosial tidak sunyi senyap.
Solider membersihkan sampah, menguburkan botol bekas, membasmi jentik, membantu meringankan beban sesama. (dion db putra)
(*)