1.074 Babi Mati, Pemkab Badung Siapkan Lahan Untuk Penguburan
Bahkan dari catatan Dinas Pertanian dan Pangan setempat, hingga saat ini sudah ada 1.074 ekor babi yang mati.
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Wema Satya Dinata
Sementara, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Badung Wayan Wijana, mengungkapkan hingga saat ini kasus kematian babi di Badung sudah mencapai 1.074 ekor.
“Petugas kami masih terus melakukan edukasi terutama terhadap kasus kematian baru agar tidak menyebar lebih luas dan memberi petunjuk penanganan bangkai babinya agar tidak mencemari lingkungan,” terangnya.
Pihaknya pun berharap, dengan dibentuknya tim penanganan penyakit babi tersebut, dirinya mengimbau peternak dapat berkoodinasi dengan Tim Penanganan Penyakit Babi.
“Kami tim ini juga menyediakan sarana komunikasi melalui call center 112 maupun WA group yang khusus menangani mitigasi akibat kematian babi,” tandasnya.
Sementara, Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hari Suyasa juga sempat menyarankan agar pemerintah memfasilitasi penguburan tersebut.
Hal itu lantaran banyak bangkai babi warga yang dibuang sembarangan.
“Memang ini yang kami inginkan. Sehingga masyarakat merasakan tindaklanjut pemerintah terkait babi mati,” ungkapnya.
Fasilitas pemerintah diharapkan lantaran kondisi di lapangan ongkos penggalian tanah untuk mengubur babi mecapai ratusan ribu per ekor.
Sehingga seakan peternak merasa semakin rugi disaat peternak terkena wabah babi tersebut.
“Ini yang dikeluhkan peternak, jika babi mereka mati, mereka harus membayar Rp 100 sampai 200 ribu upah gali tanah untuk mengubur babi. Itu pun dibayar per ekor,” jelasnya
Lanjut pria asal Abiansemal Badung itu mengaku sangat memahami masalah peternak dilapangan yang kini mulai mengeluh.
Ia mencontohkan permasalahan di lapangan, jika peternak punya babi indukan 10 ekor babi dengan berat 300 kg. maka mereka harus mengeluarkan uang lagi untuk membayar tukang gali, jika babinya mati. (*)