Corona di Indonesia
RSUD Klungkung Isolasi Pasien Dengan Pengawasan Covid-19
Tidak Ada Boat Cepat yang Bersedia Merujuk, RSUD Klungkung Isolasi Pasien dengan Pengawasan Covid-19, WNA dengan Keluhan Batuk dan Pilek
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - RSUD Klungkung merawat pesien dalam pengawasan (PDP) Corvid-19 sejak, Rabu (11/3/2020).
PDP itu merupakan seorang WNA, berusia 20 tahun.
Ketika hendak dibawa ke RSUD Klungkung, Bali, semua boat cepat tidak bersedia merujuk pasien tersebut.
Sehingga Bupati Suwirta harus berkoordinasi dengan berbagai pihak, sehingga dapat menyebrangkan pasien itu menggunakan kapal milik pemerintah secara darurat.
• Tahun 2020 Tidak Ada DAK Bidang Pertanian di Klungkung
• Pemain Sampdoria Manolo Gabbiadini Positif Corona, Sebelumnya Pemain Juventus Daniele Rugani
• Pemkab Buleleng Anggarkan Sekitar Rp 120 Juta untuk Bayar Utang UD Serba Jaya
Proses rujukan dilakukan dengan koordinasi panjang dan prosedur yang sangat ketat.
Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta dalam keterangan persnya, bersama Sekda I Gede Putu Winastra, Sekretaris Diskes Ida Ayu Megawati, dan Dirut RSUD Klungkung dr I Nyoman Kesuma menjelaskan, pasien itu pertama kali masuk ke RS Gema Santi Nusa Penida, Rabu (11/3/2020) siang dengan keluhan batuk dan pilek.
Pasien itu merupakan seorang WNA wanita, berusia 20 tahun dan sudah berada di Nusa Penida sejak Senin (9/3/2020) lalu.
"Dari hasil wawancara petugas medis, pasien itu sekitar seminggu atau dua minggu lalu sempat melakukan kegiatan traveling ke Singapore," ungkap Suwirta, Kamis (12/3/2020)
Setelah mendapatkan informasi dari Dinas Kesehatan jika pasien itu berstatus PDP Covid-19, Bupati Nyoman Suwirta langsung berupaya untuk merujuk pasien itu.
Mengingat pasien dalam pengawasan Covid-19, memerlukan ruangan isolasi dan penanganan yang memadai.
"Saya awalnya hubungi pengelola boat cepat, sehingga bisa kita carter secara khusus untuk merujuk pasien itu. Sehingga bisa lebih cepat sampai di Klungkung daratan, dan tidak memerlukan birokrasi khusus. Hanya saja semua pengelola boat cepat yang saya hubungi tidak bersedia merujuk pasien tersebut," ujar Suwirta.
Ia lalu berinisiatif berkoordinasi dengan berbagai pihak, agar dapat memanfaatkan kapal roro milik pemerintah secara darurat.
Termasuk dapat bersandar di pelabuhan Padang Bai, walau tidak sesuai dengan jadwal biasanya.
Setelah berkoordinasi dengan berbagai pihak, pasien itu bisa diseberangkan dengan prosedur yang sangat ketat
Pasien dirujuk menggunakan kapal Roro milik pemerintah, dalam keadaan nihil penumpang.