Ogoh-ogoh Sanghyang Penyalin Banjar Dangin Peken Sanur, Semua Badan Ogoh-ogoh Berbahan Rotan
Ogoh-ogoh Sanghyang Penyalin ini seluruh badannya menggunakan penyalin atau rotan yang dianyam sehingga terlihat sangat alami & kreatif
Penulis: Putu Supartika | Editor: Irma Budiarti
Saat itu ia tengah membuat projek instalasi dan agar sisa rotan tersebut terbuang, timbullah keinginan membuat karya lain.
Sehingga jadilah ogoh-ogoh seperti sekarang ini yang digarap bersama muda-mudi setempat.
"Awalnya kan ingin memanfaatkan sisa rotan untuk instalasi biar tidak terbuang. Lalu jadilah ogoh-ogoh ini," katanya.
Ogoh-ogoh karya Apel Hendrawan ini pun minim bugdet dan tak lebih dari Rp 20 juta.
"Kalau kesulitannya saat menganyam rotan ini agar tidak patah. Ya gampang-gampang susah memang," kata lelaki yang tubuhnya penuh rajah tatoo ini.
Ia menambahkan, ogoh-ogoh tersebut merupakan simbol dari bhuta kala, sementara Sang Hyang Penyalin, merupakan simbol widyadara dan widyadari.
Sehingga saat disatukan dalam wujud Bhanaspati Raja, ia berharap dunia ini akan makmur tanpa gangguan bhuta.
Ogoh-ogoh ini pun dinilai oleh tim penilai dari Dinas Kebudayaan Kota Denpasar pada Senin (16/3/2020) bersama 35 ogoh-ogoh lainnya di wilayah Denpasar Selatan.
(*)