Seperti Social Distancing, Bali juga Punya Petuah Diam di Rumah Saat "Musim Sakit"

Ternyata di Bali juga ada istilah tak keluar rumah di musim sakit. Hal tersebut dikatakan oleh budayawan dan pegiat lontar, Sugi Lanus.

www.ucsf.edu
ILUSTRASI Social Distancing - Social distancing adalah cara terbaik untuk mencegah penyebaran virus corona, menurut para ahli. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Di saat Virus Corona semakin merebak termasuk di Indonesia, pemerintah melakukan berbagai upaya salah satunya dengan penerapan social distancing yakni dengan tidak keluar rumah serta menjaga jarak dengan orang lain.

Ternyata di Bali juga ada istilah tak keluar rumah di musim sakit.

Hal tersebut dikatakan oleh budayawan dan pegiat lontar, Sugi Lanus.

“Bali punya petuah untuk diam di rumah di musim sakit, ‘da mesu masan gelem’.

"Sekarang dunia menghadapi ‘gumi kageringan’."

Jadi Andalan Jokowi, Seberapa Ampuh Avigan dan Chloroquine untuk Obati Pasien Corona?

Ini 5 Tanda Kamu Merupakan Rekan Kerja yang Buruk

Anggota DPD RI kunjungi BBPOM di Denpasar, Dukung UU Was POM dan Daya Saing UMKM

"Artinya, jika kita bijak, ikuti petuah leluhur, maka ketika ‘masan gelem’ (musim sakit) kita imbau anak-anak agar tidak keluar."

"Orang tua kalau tidak penting sekali tidak keluar,” kata Sugi Lanus, Sabtu (21/3/2020) siang.

Selain itu, ada juga nasihat menjelang Tumpek Wayang anak-anak dilarang keluar.

“Karena bhuta-kala sedang mencari tetadahan (korban tumbal). Tetadahan artinya mangsa. Ada periode alam dimana muncul penyakit, pas payogan Bhatari Durga dan lepas semua bhuta mencari tetadahan, mangsa,” imbuhnya.

11 Kabar Baik tentang Covid-19 yang Perlu Diketahui, Termasuk Sedang Diuji Obat untuk Melawan Virus 

Social Distancing, Saatnya Quality Time bersama Keluarga dengan Melakukan Hal-Hal Ini

Perawatan Wajah di Rumah dengan Bahan Alami Ini Dipercaya Bisa Kecilkan Pori-Pori

Menurutnya jika bijak berpikir, maka saat ini adalah musim wabah atau penyakit menular atau sasih kageringan atau bulan persebaran penyakit.

“Banyak bentuknya dilukis dalam lontar-lontar. Memberi gambaran bakteri, virus, setan, jin, dan semua makhluk tak kasat mata yang membawa penyakit. Gambaran imajiner tentang bakteri, kuman, virus, dan semuanya penyebab sakit itu ada,” katanya.

Jika mereka masuk mata, akan membuat sakit mata.

Jika mereka perut jadi sakit weteng seperti muntaber, diare, typhus, disentri, dan lainnya.

Apabila masuk ke nafas akan menjadi gering panes (demam), paad (flu), kokohan (batuk), dekah sesekan (sesak nafas), dan lainnya.

Jika mereka menguasai air jadi air kotor jadi koreng, cacar, kusta. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved