Sosiolog Unud Ungkap Teori Hambat Penyebaran Virus, Manakah yang Lebih Cocok?
Sosiolog Universitas Udayana (Unud) Wahyu Budi Nugroho mengemukakan, ada sebuah teori kekebalan komunitas atau herd immunity
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Wema Satya Dinata
"Malthus kemudian lebih menyarankan penundaan pernikahan dan pembatasan jumlah anak," tuturnya.
Namun sayangnya, dimensi moral dari pemikiran Malthus dihilangkan oleh beberapa pengikut Malthus atau yang lebih dikenal Malthusian.
Beberapa Malthusian seperti Charles Trevelyan, Lord Lytton, serta Ernst Haeckel, kata Wahyu, lebih berfokus pada eliminasi populasi, karena dinilai sangat efisien.
"Mereka menganggap perang, bencana alam, kelaparan, dan wabah penyakit sebagai sesuatu yang lumrah, wajar, dan dapat dimaklumi demi menjaga pasokan pangan atau sumberdaya," jelasnya.
Ancam Kelompok Rentan
Lebih jauh Wahyu mengatakan, jika kebijakan natural herd immunity dipilih oleh suatu negara dalam mengatasi penyebaran virus maka ini dapat mengancam kelompok masyarakat rentan, terutama manula.
Bahkan kebijakan itu dapat mengeliminasi satu generasi dari masyarakat tersebut. "Namun dalam perspektif nirmoral malthusian, itu adalah hal yang sekali lagi, dianggap lumrah," tuturnya.
Dijelaskan olehnya, bahwa pemikiran nirmoral malthusian di atas tak berbeda halnya dari pemikiran Herbert Spencer tentang evolusi sosial.
Dalam pemikiran tentang evolusi sosial Spencer, bahwa seleksi sosial tak ubahnya seperti seleksi alam. Sehingga siapa yang mampu beradaptasi atau bertahan, dialah yang akan menang.
Bahkan, pemikiran Spencer bertanggung jawab atas munculnya berbagai undang-undang Eropa abad 19 tentang penelantaran mereka yang lemah, miskin, dan sakit.
"Dengan kata lain, populasi yang rentan tersebut dibiarkan musnah akibat seleksi sosial sehingga menyisakan populasi sosial yang sehat. Ini pulalah yang kiranya juga terjadi jika kebijakan natural herd immunity diambil oleh suatu negara guna menghadapi pandemi," paparnya.
Tunjukkan Keegoisan
Serupa dengan kedua pemikiran di atas, Wahyu menyebut kini terdapat seorang biolog evolusioner yang sangat dipengaruhi Darwin bernama Richard Dawkins.
"Ia mengatakan bahwa seleksi alam masih terus berlanjut hingga kini, dan hebatnya, kita bisa menyaksikan proses itu secara langsung saat ini juga," kata dia.
Dawkins mengambil misal mewabahnya virus HIV-AIDS di seluruh dunia yang dinilainya sebagai wujud seleksi alam konkrit.