Pemprov Bali Sesalkan Sikap Warga Samsam Tabanan yang Tolak Wilayahnya Jadi Karantina Pekerja Migran
"Jadi saya sungguh menyesalkan sikap masyarakat atau sebagian masyarakat yang melakukan penolakan kepada anak-anak kita sendiri," tutur Dewa
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Di tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) banyak Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang pulang ke Bali.
Berdasarkan data Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali, terhitung dari 22 Maret hingga 2 April 2020 sore, jumlah PMI yang kembali pulang ke Pulau Dewata sebanyak 3.481 orang.
Pemprov Bali menyambut kedatangan PMI tersebut dengan melakukan screening di Bandar Udara (Bandara) Internasional I Gusti Ngurah Rai.
Beberapa dari mereka juga dilakukan karantina di berbagai tempat, seperti di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Bali, Balai Kesehatan Masyarakat (Bapelkes) Provinsi Bali, Balai Latihan Pegawai Pertanian (BLPP) Provinsi Bali dan Politeknik Angkatan Darat (Poltrada) Bali.
• WIKI BALI - Ini Daftar 5 Kepala Dusun di Desa Dangin Puri Kelod Denpasar Timur
• Ditjen Dikti Keluarkan Surat Terkait Masa Belajar Penyelenggaraan Program Pendidikan
• Hasil Swab Empat Pasien Positif Covid-19 Negatif, Pemkab Buleleng Kini Tunggu Hasil Tes Kedua Ini
Namun apa daya, upaya Pemprov Bali yang akan melakukan Poltrada Bali yang berlokasi di Banjar Samsam, Desa Samsam, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan mendapatkan penolakan dari warga setempat.
Bahkan warga sampai memasang spanduk menolak rencana Pemprov Bali yang akan melakukan karantina terhadap PMI di wilayahnya.
Penolakan yang dilakukan oleh warga Samsam ini pun mendapat tanggapan dari Pemprov Bali.
Kepala Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Covid-19 Provinsi Bali Dewa Made Indra mengatakan, seharusnya hal itu tidak terjadi dan bahkan harusnya masyarakat mengulurkan tangannya untuk membantu.
• Jadi Golongan Paling Rentan, Begini Cara Menjaga Lansia Agar Aman dari Virus Corona
• Aksi Perampokan & Penyekapan Lansia di Kalimantan Barat Viral, Polisi Berhasil Tangkap 2 Pelaku Ini
• 55 Orang Sempat Kontak Dengan Dua Pasien Positif Covid-19 di Gianyar, Ini Kondisinya Sekarang
Terlebih, kepulangan para PMI asal Bali tersebut karena situasi dunia yang tidak kondusif akibat pandemi Covid-19.
"Jadi mereka itu adalah anak-anak kita yang kehilangan pekerjaannya. Kalau mereka kehilangan pekerjaannya maka bisa dipastikan pendapatan mereka hilang. Daya topang mereka kepada keluarga juga hilang," tutur Dewa Indra dalam siaran persnya melalui teleconference, Kamis (2/4/2020).
Dengan tegas Dewa Indra mengatakan, kedatangan para PMI tersebut bukan penyakit dan juga bukan pembawa penyakit.
Oleh karena itu seharusnya masyarakat di Bali memahami kondisi tersebut.
"Jadi saya sungguh menyesalkan sikap masyarakat atau sebagian masyarakat yang melakukan penolakan kepada anak-anak kita sendiri," tuturnya.
• Begini Pandangan Kritis Jusuf Kalla Terkait Pencegahan Covid-19 di Tanah Air ke Pemerintah Pusat
Meski begitu Dewa Indra mengaku tak menyalahkan masyarakat, sebab ia beranggapan bahwa mereka belum mendapatkan pemahaman yang utuh mengenai keberadaan Covid-19.
Meskipun berbagai media sudah menginformasikan bahwa penularan Covid-19 hanya melalui droplet, bukan melalui udara.
Mereka yang tertular Covid-19, kata Dewa Indra, karena tidak memakai masker dan jarang mencuci tangan.
Sementara jika sudah berada di jarak yang jauh, maka penularan Covid-19 tersebut tidak akan terjadi.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali itu mengatakan, jika orang yang dinyatakan Covid-19 sudah memakai masker maka tidak akan menyebar kemana-mana.
Apalagi, tempat yang sudah dijadikan karantina berisi pagar yang juga dijaga dengan aparat yang berwenang dan masyarakat tidak diijinkan untuk masuk.
"Jadi seharusnya mereka tidak perlu ditakuti. Sekali lagi mereka bukan penyakit dan pembawa penyakit," jelasnya.
Hal itu, kata dia, ditunjukkan dengan hasil tes yang pihaknya lakukan, baik itu di Bandar Udara (Bandara) Internasional I Gusti Ngurah Rai dan di tempat karantina.
Dari hasil tes itu, hampir semuanya negatif dan hanya satu hingga dua orang yang positif terjangkit Covid-19.
"Jadi sesungguhnya mengapa mereka kita tolak. Karantina itu juga bukan untuk orang yang sakit. Karantina itu adalah tempat untuk menampung anak-anak kita sementara sambil menunggu tes yang akan kami lakukan," paparnya.
Dewa Indra mengaku bahwa pihaknya berupaya dengan keras memperlakukan kepulangan PMI dengan baik, mulai dari penjemputan ke bandara kemudian diantar ke karantina, diberikan makan dan minum dan dilakukan tes.
Hasil tesnya diberikan kartu untuk dibawa pulang supaya mereka tidak ditolak oleh masyarakat.
"Karena kartu itu menunjukkan bahwa dia sudah melewati tes yang hasilnya negatif," jelasnya.
Oleh karena itu, Dewa Indra berpesan kepada sebagian masyarakat Bali yang melakukan penolakan karantina untuk menerima kedatangan PMI dengan baik.
Ia membandingkan, bahwa masyarakat yang di luar tempat karantina tidak perlu takut.
Jika masyarakat yang diluar saja takut, bagaimana dengan para Satgas yang bertugas di dalam tempat karantina dan bahkan membersihkan tempat tidur para PMI.
"Kalau saja Covid-19 itu bisa menyebar lewat udara, tentu staf kami yang kena lebih dahulu, bukan masyarakat. Masyarakat kan berada di luar tempat karantina. Jadi kalau takut atau khawatir jangan berlebihan," pintanya. (*)