Ngopi Santai

Kambing Pun Masuk Kota

Udara lebih jernih niscaya memberikan pertolongan singkat bagi penderita Covid-19, setidaknya membuat mereka lebih mudah bernapas.

Penulis: DionDBPutra | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali/I Made Ardhiangga
Ilustrasi langit cerah 

MATAHARI pagi berselimut mendung tipis menudungi Denpasar kala kabar gembira membuka hari Senin pertama di bulan April 2020.

Seorang teman di sebuah kota di Jawa yang sempat masuk daftar PDP (Pasien Dalam Pengawasan) senang karena hasil uji swab lendir tenggorokannya negatif.

Dia kirim foto ceria via WA. Saya ucapkan selamat kepadanya. Corona tak selalu mengalirkan lara.

Seorang rekanku lagi memajang foto langit Kota Jakarta yang biru di akun medsosnya.

Udara Jakarta terlihat bersih dari polusi setelah kebijakan “tinggal di rumah saja” bergulir kira-kira dua pekan.

Begitulah sisi positif pandemi Coronavirus Disease 2019 alias Covid-19 yang pantas dan layak kita syukuri.

Jalanan lengang, kendaraan bermotor bisa dihitung dengan jari. Mobilitas manusia secuil.

Kota-kota pun hening dan senyap. Sunyi.

Coronavirus memaksa manusia sejenak mengurung diri di rumah.

Lebih banyak waktu berbagi kasih dengan keluarga. Konsumsi minyak dan gas berkurang. Industri jeda sesaat atau minimal membatasi aktivitasnya.

Langit biru pun menghiasi kota-kota dunia mulai dari Roma, Venesia, Seoul, Paris hingga Beijing. Dari London, California. Bangkok, Sao Paolo, Los Angeles, Teheran, Riyard, New York sampai Bangalore.

Gambar satelit dari Badan Antariksa Eropa (ESA) menunjukkan berkurangnya tingkat nitrogen dioksida, produk sampingan dari pembakaran bahan bakar fosil yang menyebabkan masalah pernapasan.

Pemandangan tersebut tampak di seluruh kota besar di benua Eropa, Amerika dan Asia ketika negara-negara terkunci atau lockdown dan membatasi perjalanan manusia demi mencegah penyebaran Covid-19.

Di China, negeri penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, emisi karbon dioksida turun seperempatnya pada medio Februari lalu dibanding beberapa pekan sebelumnya.

Ini menurut analisis yang diterbitkan dalam Carbon Brief.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved