Corona di Indonesia

Awalnya Dikarantina di Gedung SD, Kini 17 PMI di Buleleng Dipindah ke Hotel Berbintang di Lovina

Dari pantauan di lokasi, proses pemindahan dilakukan dengan menggunakan satu unit bus sekolah milik Dinas Perhubungan Buleleng.

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
Tempat isolasi khusus di SDN 1 Banjar Jawa yang disediakan oleh pemerintah Camat Buleleng untuk PMI dan masyarakat yang baru datang dari daerah transmisi lokal di Indonesia. 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - 17 Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Kecamatan Buleleng yang sempat menjalani karantina di SDN 1 Banjar Jawa, Singaraja, Buleleng, Bali pada Rabu (15/4/2020) pagi dipindahkan ke Hotel Aneka Lovina.

Pemindahan ini dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan para pahlawan devisa itu saat menjalani proses karantina selama 14 hari kedepan.

Dari pantauan di lokasi, proses pemindahan dilakukan dengan menggunakan satu unit bus sekolah milik Dinas Perhubungan Buleleng.

Mereka juga dikawal secara ketat oleh aparat kepolisian Polres Buleleng.

Setibanya di hotel berbintang tiga itu, 17 PMI langsung diberikan arahan, dan disemprot cairan disinfektan, sebelum akhirnya diperbolehkan masuk ke kamar hotel masing-masing.

Sales Manager Hotel Aneka, Gede Sukayasa mengatakan, pihaknya ikut berpatisipasi dengan Pemkab Buleleng untuk menyediakan tempat isolasi khusus bagi para PMI yang datang dari luar negeri, maupun masyarakat yang datang dari daerah transmisi lokal di Indonesia, sebagai upaya untuk mencegah penyebaran virus corona atau covid-19.

Hotel Aneka menyediakan 55 kamar untuk tempat isolasi khusus para PMI. Fasilitas yang diberikan dipastikan Sukayasa, tidak ada yang dikurangi.

"Standar yang kami berikan tetap standar bintang tiga. Ini murni rasa kemanusiaan kami, dan mensuport Pemkab Buleleng untuk lebih cepat bisa menangani wabah ini. Karena semakin cepat pandemi ini ditangani, maka semakin cepat juga operasional kami kembali," terangnya.

Sementara Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana mengatakan, akan terus bekerjasama dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Buleleng untuk mengetuk hati para pemilik hotel yang ada di Buleleng agar hotel-hotelnya bersedia dijadikan sebagai tempat karantina.

"Kalau sudah banyak hotel yang bersedia, semua PMI di Buleleng akan kami karantina di hotel saja. Bukan di sekolah lagi. Hotel Aneka ini, normalnya harga kamar per hari Rp 1 juta. Tapi dengan adanya wabah ini mereka bersedia dibayar oleh pemerintah Rp 200 ribu per hari dan tidak dipotong pajak," ungkapnya.

Pria yang akrab disapa PAS ini juga menegaskan bahwa PMI yang dikarantina di daerah dipastikan aman, karena sebelum kembali ke daerah telah dilakukan rapid test oleh Satgas Penanggulangan Covid-19 Provinsi.

Sehingga masyarakat Buleleng diimbau untuk tidak perlu khawatir.

"Selama dikarantina di hotel, protap pencegahan penularan virus corona tetap dilaksanakan. APD, masker dan sarung tangan kami berikan untuk hotel. Camat akan memberikan sosialisasi kepada masyarakat, bahwa PMI yang dikarantina ini tidak sakit. Mereka harus diterima, karena mereka adalah saudara kita juga," ucap PAS.

Ketua PHRI Buleleng, Dewa Ketut Suardipa mengatakan, saat ini sudah ada enam hotel yang bersedia untuk dijadikan sebagai tempat karantina, dengan total jumlah kamar sekitar 140.

Salah satunya adalah hotel Grand Wijaya, Adi Rama, Sunari, Billibo, Mandari.

"Untuk hotel-hotel dikecamatan lain juga masih kami komunikasikan dengan ownernya. Pemilik hotel akan kami sentuh secara kemanusiaan, memang kalau bicara profit tidak seberapa. Semakin cepat virus bisa dilalui, maka semakin cepat pula pariwisata kita pulih kembali," tutupnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved