Corona di Indonesia
Kisah Perawat di Tengah Pandemi Corona: Berisiko Tinggi Terpapar Covid-19 Hingga Stigma Negatif
Seorang perawat, Nurdiansyah, berbagi kisah pengalaman selama merawat pasien Covid-19
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Irma Budiarti
Sehingga dapat dimanfaatkan tenaga medis untuk melepas lelah setelah melaksanakan tugas melayani pasien.
"Alhamdulillah pemerintah sudah memberikan penginapan sebagai transit dan tempat untuk beristirahat,” pungkasnya.
Ia berkisah, saat bekerja sebagai perawat di RSPI Sulianti Saroso, khusus penanganan penyakit infeksi, salah satu prosedur bekerja adalah menggunakan APD yang tepat.
“APD yang lengkap ini dari atas sampai bawah. Jadi, betul-betul harus tertutup,” jelasnya.
Tidak hanya pakaian aman, tetapi Nurdiansyah juga menggenakan masker N95 dan kacamata atau google.
Apa yang ia kenakan sudah sesuai standar keamanan yang tinggi, sehingga mampu terhindar paparan virus Corona.
Dalam memonitor pasien, pihak rumah sakit juga menggunakan kamera pemantau di setiap kamar pasien.
“Nah, di sini, kami bisa melihat kondisi pasien dari monitor. Kami bicara ke pasien lewat monitor, ketika misalnya pasien ada butuh apa, nanti ketika masuk, baru kami lakukan perawatan,” katanya.
Seiring berjalannya waktu, ia mengaku mengalami banyak kisah suka dan duka.
Ia menceritakan, salah satunya banyak sekali teman sesama perawat mendapatkan stigma negatif.
Ia pun menegaskan kembali harapannya kepada masyarakat, agar bersama-sama mencegah penyebaran Covid-19.
Menurutnya, banyaknya kasus perawat atau dokter terinfeksi Covid-19 dipicu oleh beberapa faktor, salah satunya ketidakjujuran pasien ketika berobat atau saat ditanya perihal kronologi penyakitnya.
Padahal keterbukaan pasien menjadi kunci, Covid-19 dapat disembuhkan dan penularan dapat dicegah.
Sudah banyak tenaga medis terinfeksi hingga gugur dalam melaksanakan tugasnya.
Bagi Nurdiansyah, hal itu semakin menambah cerita duka bagi dirinya dan para tenaga medis lainnya, saat melaksanakan tugas menangani Covid-19.