Kami Berolahraga dan Rutin Bersembahyang, Jangan Beri Stigma Negatif PMI

Selama dalam karantina di hotel, para PMI hanya berolahraga, bersih-bersih, ngegame dan melakukan kegiatan spiritual.

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Bambang Wiyono
istimewa
Para PMI yang dikarantina di Hotel Jimbarwana melakukan sembahyang bersama. 

Ia mengakui, Pemkab Jembrana cukup baik dalam memberi layanan kepada PMI yang dikarantina.

Mulai dari penjemputan di Denpasar, pemberian konsumsi hingga fasilitas hotel.

"Kami tidak ada yang positif (terinfeksi virus Corona). Semua negatif. Kami kalau positif tentu tidak dapat kembali atau dikarantina di hotel. Ketika positif kami langsung dikarantina di RS PTN Unud (Jimbaran). Karena itu kami mohon hilangkan stigma negatif terhadap kami," ujarnya.

Gusti Sadu mengaku, dukungan dari Bupati I Putu Artha sangat terasa.

Bupati sempat mengunjungi ke hotel tempat karantina. Sementara Wabup Kembang Hartawan, menyapa melalui aplikasi zoom dengan para PMI dari tiga hotel berbeda yang dijadikan tempat karantina.

"Ya, bupati berkunjung ke sini. Kalau Pak Kembang mendengar keluhan kami yang ada di tiga hotel saling terhubung melalui zoom," jelasnya.

Gusti Sadu menuturkan, stigma negatif bahwa PMI pembawa penyakit perlu dihilangkan.

Pasalnya, PMI itu sejatinya sudah terseleksi dan mendapat penanganan kesehatan saat masih berada di tempat kerja.

Seperti dirinya yang berada di Miami Amerika Serikat, sewaktu ada imbauan dari Presiden Trump untuk pembatasan cruise land (kapal pesiar), perusahaan langsung menaati.

Hingga 10 Maret lalu, akhirnya dilakukan shut down oleh Presiden Trump.

Dan mulai 14 Maret, ia sudah dikarantina di kapal. Mendapat penanganan dengan social distancing cukup baik. Contohnya, selama di dalam kapal masa karantina, ia menjalani selama 28 hari.

Selama waktu itu, semua steril. Mulai tempat tidur, satu PMI satu kamar. Kemudian satu PMI satu ruangan kamar mandi. Bahkan, makanan pun diambilkan dengan kondisi steril.

"Jadi 28 hari di karantina. Sampai akhirnya pulang pada 12 April dan tiba di Jakarta 14 April dan langsung ke Bali. Dan sebelum ke Jembrana kami sempat ada karantina dua hari di Denpasar. Dan surat sehat baik perusahaan, dari Pemprov, kami memiliki," jelasnya.

Gusti Sadu belum tahu kapan akan berlayar lagi. Pasalnya, kebijakan perusahaan kapal terus berubah.

Pemberitahuan terakhir, kapal akan berlayar pada Juni mendatang.

Namun, keputusan itu bisa dimundurkan lagi, disesuaikan dengan kondisi di seluruh dunia.

"Semua itu melihat kondisi juga. Tapi kami juga akan mensupport keputusan Pemerintah Indonesia terkait Covid-19 ini. Apapun kebijakan akan kami patuhi," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved