Berita Banyuwangi
Para Kartini yang Berjibaku dengan Covid-19 di RSUD Blambangan
Para Kartini yang Berjibaku dengan Covid 19 di RSUD Blambangan : Kalau Kami Takut, Siapa yang Merawat Pasien ?
TRIBUN-BALI.COM, BANYUWANGI - Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Blambangan, Ketua Tim Covid 19 dijabat oleh seorang perempuan yang merupakan dokter spesialis paru.
Dia adalah dr. Ririek Perwitasari Sp.P.
Perempuan berhijab ini memimpin 30 anggota tim yang terdiri dari dokter, tim perawat, dan tim laboratorium.
Dalam menjalankan tugasnya, Ririek mengaku sempat khawatir menangani penyakit baru ini.
• Dituntut 9 Tahun Penjara Karena Kuasai Sabu dan Ekstasi, Moh Fickal Minta Keringanan Hukuman
• Begini Cerita Pramugari AirAsia Dibalik Misi Pemulangan Repatriasi WN Filipina
• Ini 3 Printer InkTank HP Harga Ekonomis untuk Menemani WFH Hingga Belajar di Rumah
“Awalnya memang takut, apalagi beberapa waktu lalu ada PDP (Pasien Dalam Pemantauan) meninggal. Tapi kembali lagi ke tanggung jawab. Kalau kami takut, lalu siapa yang akan merawat dan mengobati pasien,” ujarnya.
Tanggung jawab tim yang dipimpin Ririek mulai dari memeriksa pasien, menentukan status pasien sebagai PDP hingga positif, merawat pasien, mengelola pemeriksaan swab, hingga menyatakan kesembuhan pasien.
“Di sini kami bekerja dalam tim, bahu membahu satu sama lain sesuai dengan tugasnya masing-masing. Namun, tanggung jawab tetap ada di pundak saya sebagai ketua tim,” ujarnya.
Tantangan lainnya lainnya adalah banyak rekan dokter dan perawat ruangan non infeksius jadi "agak menjauh" pada tim medis Covid.
“Ya itu resiko sosial, kami memaklumi. Kami hanya bisa memberi pengertian. Dan sampai sekarang kami semua sehat, bahkan sudah di rapid test juga hasilnya non reaktif,” kata Ririek.
Menjadi dokter penanggung jawab pasien bukan berarti tidak ada resiko.
Namun, selama menerapkan protokol pemeriksaan secara benar, resiko penularan bisa dikendalikan.
“Selama ini APD maupun peralatan safety-nya tersedia di RSUD dengan baik. Dan prosedur penanganan covid selalu kami pedomanani. Apalagi di RSUD kami terus menjaga imunitas dan dengan minum suplemen, dan vitamin sampai mengkonsumsi minuman rempah tradisional. Itu adalah upaya kami mengurangi resiko,” ujarnya.
Selain dr. Ririek, juga ada dr Roudhotul Ismaillya Noor Sp.PK.
Dia adalah anggota tim yang merupakan dokter spesialis patologi klinik.
Salah satu tugasnya adalah mengambil swab dari pasien untuk diuji spesimen menentukan apakah pasien positif atau negatif corona.
“Waktu pengalaman pertama mengambil swab, rasanya dag dig dug banget. Meskipun APD sudah level tiga - sangat lengkap, rasa khawatir tetap ada saat itu. Ya kan kita tahu bagaimana covid itu," tutur dr Emil sapaan akrabnya.
Namun, berpegang pada keteguhan hati dan panggilan jiwa sebagai dokter, Emil kini berhasil mengalahkan rasa takutnya.
"Semakin ke sini khawatirnya berkurang. Lebih tawakal saja, percaya penuh sama Allah, bahwa apapun yang terjadi adalah kehendak-Nya. Ditambah perasaan dibawa happy, supaya sehat dan imunitas terjaga. Semua Insha Allah jadi ringan jalaninnya,” katanya.
Emil pun menitip pesan kepada masyarakat agar terus berupaya semaksimal mungkin menghindari penularan.
Caranya dengan menaati semua anjuran pemerintah.
“Kami sadar merawat pasien adalah kewajiban seorang dokter, tapi jumlah kami juga terbatas, tidak akan mampu menanganai jumlah pasien yang terus bertambah. Jadi, tolong disiplin menjalankan semua imbauan pemerintah, biar tidak tertular. Itu sangat membantu kami, para tenaga kesehatan,” tambahnya. (*)