Bali United
Hidup dari Tabungan, Eks Pelatih BU WCP Pernah Alami Situasi Force Majeure Seperti Saat Ini
Eks pelatih Bali United selama dua musim, Widodo Cahyono Putro (WCP) mengajarkan agar setiap pemain memiliki tabungan, karena tak selamanya pemain
Penulis: Marianus Seran | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali, Marianus Seran
TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Eks pelatih Bali United selama dua musim, Widodo Cahyono Putro (WCP) mengajarkan agar setiap pemain memiliki tabungan, karena tak selamanya pemain bisa hidup dari si kulit bundar.
Sewaktu - waktu, apapun bisa terjadi di dunia sepakbola seperti hari ini, semua pemain off berkompetisi akibat pandemi Covid- 19 di Indonesia dan dunia.
Semua gaji atau kontrak pemain dipangkas sesuai surat keputusan PSSI yang telah menetapkan status kompetisi sepakbola Indonesia 2020, force majeure (keadaan di luar kemampuan manusia).
• IWO Bali bersaman ACT dan Pelaku Usaha Donasikan 2 Ribu Masker serta Oli Motor di Denpasar
• Kesiapan Tim Rukyatul Hilal Bali di Tengah Pandemi Covid-19, Ketua Tim Sebut Sudah Sesuai Aturan
• Meski Dilarang, Banyak Pemudik Curi Start di Terminal Mengwi Sejak 5 Hari Lalu
PSSI menetap keputusan klub hanya membayar 25 persen gaji pemain dan pelatih dari nilai kontrak kerja.
Coach WCP yang saat ini melatih Persita Tangerang, menyebut dirinya pernah merasakan situasi seperti ini tahun 1998 saat Indonesia mengalami krisis moneter.
Saat itu WCP membela Persija Jakarta di Liga Indonesia.
• Bapas Kelas I Denpasar Berikan 20 Paket Sembako kepada Napi Asimilasi Covid-19 dan Napi Integrasi
• Warung Pan Tantri Sumbang 100 Face Shield kepada Petugas BPBD Denpasar
• Latihan Saat Masuki Bulan Puasa di Rumah, Haudi Abdillah Kurangi Intensitas saat Sore Hari
"Saat itu saya bermain untuk klub Persija. Saya tidak pernah turnamen antar kampung (tarkam) , saya hidup dari tabungan, dan kebetulan istripun kerja saat itu," kata coach WCP, Kamis (23/4/2020).
Namun, legenda Timnas Indonesia dengan tendangan salto ke gawang Kuwait ini, mengatakan situasi saat kris 98 dan pandemi virus ini sangat berbeda. Karena saat ini, seluruh dunia merasakan dampaknya.
"Dulu tahun 98 saat krisis dampak hanya di dalam negeri, sekarang hampir seluruh dunia dan kepastiannya belum tahu kapan selesai," tegas WCP. (*)