Normal Kembali Setelah Pandemi: Sebuah Bencana yang Harus Dihindari

Mereka yang belum memahami pesan tersebut harus dikasihani, karena mereka kehilangan kesempatan emas untuk mempelajari sesuatu yang sungguh bermakna.

Editor: DionDBPutra
FOTO KIRIMAN JOEHANES BUDIMAN
Anand Krishna 

“Barangkali kita belum siap untuk membuat bom cinta, sebuah alat yang cukup kuat untuk sepenuhnya menghancurkan kebencian, keegoisan dan keserakahan yang merusak planet ini.

“Namun, masing-masing individu membawa sebuah generator cinta yang kecil namun kuat dalam diri kita masing-masing, sebuah generator yang energinya menunggu untuk dilepaskan.

“Ketika kita belajar memberi dan menerima energi universal ini, Lieserl sayang, kita akan menegaskan bahwa cinta mengalahkan segalanya, mampu melampaui segalanya, karena cinta adalah intisari kehidupan…”

Saya harus Memperingatkan Anda bahwa Keaslian Surat Ini sedang diperdebatkan. Namun bagi kita, adalah isi suratnya yang lebih penting.

Kasih adalah hasil alami dari Cinta yang tanpa syarat dan tanpa batas, tak terhingga. Cinta diekspresikan melalui tindakan welas asih. Kasih terhadap sesama makhluk hidup. Terhadap gunung dan sungai. Terhadap pohon raksasa dan tunas kecil yang lembut.

Terlepas dari pandemi, hati kita hancur melihat bagaimana hewan-hewan masih diternakkan, dipaksa tumbuh dengan menyuntikkan hormon pada mereka, kemudian disembelih dan dijadikan makanan. Apakah ini manusiawi?

Dibekali dengan nilai-nilai luhur yang mulia seperti Tri Hita Karana, kita bahkan belum sadar akan tindakan kita. Kita hidup dalam kebutaan total. Kita baru melakoni cinta dan kasih sebatas ucapan di bibir saja.

Bagi Mereka yang Menganggap Daging sebagai bagian penting dari diet kita, berikut adalah bagan lain untuk menunjukkan bahwa Kandungan Protein dari berbagai sayuran lebih tinggi daripada daging.

Sumber protein pada sayuran
Sumber protein pada sayuran (protein)

2. Banyak orang di sekitar kita dirawat di rumah sakit; banyak yang meninggal atau sekarat. Dan, kebanyakan dari kita stress karena harus mengalami lockdown dan karantina yang belum pernah terjadi sebelumnya. Seluruh umat manusia menderita.

Tapi lihatlah Ibu Pertiwi! Beliau tidak pernah tersenyum seperti ini selama beberapa dekade. Udara tidak tercemar. Langit kembali berkilau biru alami.

Sungai-sungai dibersihkan secara alami. Hewan-hewan di hutan bernyanyi dan menari. Burung-burung berkicau dengan bebas.

Kita menderita karena karma kita, kita menuai apa yang telah kita tabur selama ini. Kita dikutuk untuk memakan buah yang pahit, jika bukan beracun, hasil dari kesalahan kita sendiri. Kita tidak bisa menyalahkan siapapun.

Dan, Bumi, Ibu Pertiwi, sedang menyembuhkan diri.

Dalam kesombongan kita, kita telah memperlakukanNya dengan buruk, menyebabkanNya sangat sakit dan menderita. Ia menanggung semua kelakuan kita dalam diam, dan sekarang Ia menyembuhkan diri dalam diam pula.

Tidak, Ia tidak menghukum kita karena kesalahan kita. Ia hanya memperingatkan kita: “Adalah Kehendak Agung yang kita semua harus patuhi. Kalian telah melayani ego kalian selama ini, dan kalian menyebabkan pandemi ini terjadi pada diri kalian sendiri.”

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved