Sempat Lesu, Harga Babi di Bangli Kini Berangsur Normal

Setelah sempat mengalami penurunan tajam akibat kematian mendadak, harga babi belakangan ini dikabarkan berangsur normal

Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Muhammad Fredey Mercury
Ketua GUPBI Bangli Sang Putu Adil (kanan) bersama Kadis PKP Bangli I Wayan Sarma (kiri). 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Setelah sempat mengalami penurunan tajam akibat kematian mendadak, harga babi belakangan ini dikabarkan berangsur normal.

Bahkan harga babi kini telah menyentuh angka Rp 25 ribu per kilogram.

Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (Gupbi) Bangli, Sang Putu Adil saat dikonfirmasi Minggu (17/5/2020), membenarkan harga babi belakangan ini berangsur normal.

Dari semula Rp 15 ribu per kilogram hingga Rp 16 ribu, naik menjadi Rp 18 ribu per kilogram, kemudian naik lagi ke angka Rp 20 ribu hingga Rp 23 ribu per kilogram.

“Kenaikannya diketahui sejak empat hari lalu. Per hari ini sudah ada peternak yang menjual Rp 25 ribu per kilogram. Jika dibilang normal, harga pokok babi hidup adalah Rp 26 ribu per kilogram,” ujarnya.

Sebelumnya, kata Sang Putu Adil, anjloknya harga babi dipengaruhi kematian babi secara mendadak diduga akibat virus African Swine Fever (ASF).

Disamping itu, juga pengaruh menurunnya daya beli masyarakat sebagai dampak merebaknya virus Corona.

Sedangkan peningkatan harga babi, lanjut dia, dipengaruhi tiga faktor utama, antara lain gerakan mepatung massal hingga pengiriman keluar Pulau Bali yang difasilitasi oleh Gupbi Bali.

Disamping itu, juga dipengaruhi menurunnya jumlah populasi babi akibat kematian secara mendadak.

Tips Memilih Daging Sapi, Ayam dan Babi Paling Sehat

Di Tengah Pandemi Covid-19, Peternak di Gianyar Keluhkan Kematian Babi, Liong: Babi Terancam Langka

“Dengan kata lain, walaupun harga babi meningkat, stok babi di masyarakat menipis. Namun dengan harga babi yang berangsur membaik, gairah masyarakat untuk kembali memelihara babi mulai bangkit kembali,” ujarnya.

Kembalinya gairah di masyarakat, lanjut dia, juga didukung dengan penurunan harga pakan.

Dikatakan, harga dedak dari semula Rp 4.000 per kilogram untuk kualitas bagus, kini hanya Rp 1.500 per kilogram.

Begitupun dengan harga tepung jagung, dimana normalnya Rp 5.400 per kilogram, kini Rp 4.500 per kilogram.

“Biasanya jelang hari raya Lebaran harganya luar biasa naik, namun kemarin cenderung turun untuk dua bahan baku itu. Sedangkan untuk konsentrat memang ada kecenderungan naik, lantaran mengikuti kurs dollar. Harganya kini sekitar Rp 15 ribu. Tapi dari kenaikan konsentrat dibandingkan harga dua bahan baku lokal, hal ini tidak terlalu berpengaruh,” ucapnya.

Dilain sisi, peternak babi asal Desa Jehem, Tembuku itu, mengaku masih dihantui rasa khawatir dengan serangan virus yang suatu saat bisa kembali mengancam para peternak babi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved