Corona di Bali
Pembagian Kuota Internet Ujian SMP di Gianyar Tak Lancar, Guru di Payangan Bingung
Lantaran dalam situasi pandemi virus corona atau covid-19, para siswa pun mengikuti ujian dari rumah, berbasis online.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR – Siswa SMP di Kabupaten Gianyar, tengah menjalani ujian penilaian akhir tahun (PAT), yang dimilai dari Selasa (19/5/2020) ini hingga 23 Mei.
Lantaran dalam situasi pandemi virus corona atau covid-19, para siswa pun mengikuti ujian dari rumah, berbasis online.
Namun kuota internet untuk para siswa, yang bersumber dari dana BOS, sampai saat ini masih ‘gabeng’.
Dimana masih terdapat sekolah yang belum mendapatkan kuota internet, yang seharusnya dibagikan oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Gianyar.
Salah satu guru di SMP Negeri di Payangan mengungkapkan hal tersebut, Selasa (19/5/2020).
Dia menyatakan, pembagian kuota internet di sekolahnya tidak karuan.
Sebab hingga ujian berlangsung, masih terdapat ratusan siswa yang tidak mendapatkan kuota tersebut.
Padahal para siswanya yang mengikuti PAT sudah mengirimkan nomer handphone mereka sejak tiga pekan lalu.
“Sampai saat ini belum pembagian kuota internet belum terealiasi. Padahal sudah hampir tiga mingguan pendataan nomer hp. Tapi sampai saat ini ing ade ape (tidak ada apa). Padahal saat ini sedang berlangsung PAT. Kuota gratis ini sangat dibutuhkan oleh siswa,” ujarnya.
Guru yang enggan disebutkan identitasnya ini mengungkapkan, permasalahan ini muncul ketika pembagian kuota internet tersebut diambil alih oleh Disdik Gianyar.
“Waktu pertama pendataan nomer telepon siswa, kuota ini didistribusikan oleh sekolah yang dananya bersumber dari dana BOS. Setelah ada dua kelas yang sudah dibagikan kuota, tiba-tiba ada instruksi baru bahwa pembagian diambil alih oleh dinas. Enken niki gumine, ked jadi ing ade ape,” sesalnya.
Secara logika, kata dia, seharusnya semua siswa sudah mendapatkan kuota tersebut. sebab waktu pengumpulan sudah relatif lama dari pelaksanaan ujian.
Pihaknya takut, hal ini menyebabkan tidak semua siswanya bisa mengikuti ujian berbasis internet ini.
Sebab tidak semua siswa dari kalangan mampu, terlebih lagi dalam sistuasi krisis ekonomi seperti saat ini.
“Kita sudah mendata dari jauh hari, secara logika, harusnya tidak ada masalah seperti ini lagi,” ujarnya.