Corona di Bali
Agustus, Pariwisata Bali Diharapkan Sudah Buka Kembali
Melihat angka penularan di Bali sangat terkendali, kata dia, memungkinkan kerja sama tukar wisman segera dilakukan dengan Australia.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mencatat pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan I tahun 2020 terkontraksi sebesar (-1,14) persen (year on year).
Penyebabnya negara kantong turis menerapkan lockdown hingga berimbas anjloknya pariwisata Bali dan sangat mempengaruhi perekonomian di Bali.
Jika hal ini terus berlanjut, maka dipastikan ekonomi Bali akan terjun bebas.
Meski demikian, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho, mengaku optimistis kondisi akan segera pulih.
Untuk itu, ia setuju dengan adanya ide new normal.
• Bali Berhati-hati Sikapi New Normal karena Transmisi Lokal Masih Bertumbuh
“Satu di antaranya dengan kebijakan melonggarkan masuknya turis domestik,” kata Trisno dalam diskusi online bertajuk Pariwisata Bali Bersiap Menghadapi New Normal diikuti stakeholder pariwisata, BI, Gipi Bali, hingga anggota dewan, Jumat (22/5/2020).
Trisno mengatakan, Australia telah menerapkan strategi bekerjasama antar negara yang warganya sehat dari Covid-19 untuk saling bertukar wisman.
“Ini juga sudah dilakukan beberapa negara di Eropa,” sebutnya.
Melihat angka penularan di Bali sangat terkendali, kata dia, memungkinkan kerja sama tukar wisman segera dilakukan dengan Australia.
Tentunya dengan konsep new normal.
“Nah new normal ini, kita hidup berdampingan dengan Covid-19. Aturannya pakai masker, social distancing, cuci tangan, serta pencegahan lainnya terus dilakukan,” jelasnya.
Kemudian industri pariwisata dan stakeholder terkait juga menyiapkan protap serupa.
Mulai dari transportasi udara dan darat, hotel, villa, restoran, hingga destinasi menjaga agar tetap terhindar dari Covid-19.
Satu di antaranya menerapkan physical distancing dengan jarak aman.
“Rumah sakit juga harus siap, dengan pasien Covid-19, serta pemeriksaannya,” jelas dia.
Saat semua siap, mulai dibuka Sanur klaster, Ubud klaster, Nusa Dua klaster dengan pembayaran non-cash.
Kalau semua sudah siap, tinggal tunggu kapan realisasinya dan dilakukan bertahap.
Ia menjelaskan, new normal pasca pandemi Covid-19 membuat preferensi traveler pada hotel berbintang dan mengutamakan aspek hygiene.
“Penerbangan langsung menjadi preferensi utama traveler, dengan persyaratan kesehatan perlintasan orang ke Indonesia diperketat. Preferensi pada kegiatan outdoor yang memiliki udara sejuk, self-driving, dan private tour. Untuk itu, penguatan standar kesehatan mencegah Covid-19 harus dilakukan di mana saja. Tidak seperti sebelumnya yang mengutamakan mass tourism," jelasnya.
Ketua Bali Tourism Board (BTB), Ida Bagus Agung Partha Adnyana, mempunyai istilah berbeda dengan new normal.
“Kalau saya menyebutnya Bali Next Normal, karena kalau new nanti ada new lainnya,” katanya.
Gus Agung, sapaan akrabnya, menyebutkan per Januari 2020 tourism growth di Bali masih surplus 11 persen.
Kemudian Februari 2020, drop 18 persen karena market China sudah ditutup.
Pada Maret 2020 drop menjadi 43 persen, karena beberapa market Eropa dan London sudah close.
“Nah April itu, virus outbreak di Bali membuat Bali benar-benar drop minus 93-95 persen,” sebutnya.
Global turis, kata dia, juga megalami penurunan 20-30 persen. Dengan loss international visitors receipt bernilai hingga 300-400 miliar dolar AS.
"Negara yang paling terdampak adalah Asia Pasifik termasuk Indonesia,” katanya.
Adapun potential loss global airline industry mencapai 113 miliar dolar AS.
Gus Agung menyebutkan, leisure dan MICE yang paling banyak loss di Bali datang dari industri wisata tirta hingga 3 miliar dolar AS Wisata air ini di bawah naungan asosiasi Gahawisri.
Total potensial kehilangan dari semua asosiasi industri pariwisata di Bali mencapai 9,1 miliar dolar AS. Selain Gahawisri, ada PHRI, BHA, Asita, Putri Bali, HPI, Pawiba, Spa and Wellness dan shops. Ia memperkirakan potensial lost leisure dan MICE dari Februari-Oktober 2020 mencapai Rp 4,96 triliun.
SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNBALI
Buka Agustus
Gus Agung pun setuju dengan pembukaan kembali pariwisata Bali.
Namun harus sesuai protokol kesehatan dan keamanan yang ketat.
Sehingga tidak menambah pasien Covid-19 ke depannya.
“Kalau vaksin sudah ketemu ga masalah, tapi kalau belum maka kita harus hati-hati,” tegasnya.
Ia ikhlas Juni-Juli 2020, industri pariwisata masih mati suri.
Pengusaha hotel ini berharap, Agustus mulai ada titik terang dan semuanya kian membaik.
Lanjutnya, Bali dengan kasus kematian yang minim menjadi modal sales bahwa Bali siap.
Sudah ada 6 asosiasi yang mengirim SOP ke BTB/Gipi Bali.
Tinggal dipastikan seperti apa teknisnya nanti.
Ia berharap Agustus Bali sudah dibuka lagi untuk pariwisata.
“Begitu statement pemerintah pusat keluar dengan ide hidup berdampingan dengan Covid-19 ini, maka semua asosiasi harus menyiapkan SOP,” katanya. (*).