Insiden Jatuhnya Helikopter
Kapten Cpn Kadek Udi Putra Terbaik Asal Bali yang Dimiliki TNI AD, Pangdam IX/Udayana Puji Begini
Jenazah Kapten Cpn I Kadek Udi Suardiasa tiba di Base Ops Lanud I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Minggu (7/6) pukul 15.02 Wita
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Jenazah Kapten Cpn I Kadek Udi Suardiasa tiba di Base Ops Lanud I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Minggu (7/6) pukul 15.02 Wita, setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam dari Semarang (Jawa Tengah) dengan pesawat Casa TNI Angkatan Darat (AD).
Setibanya di Base Ops langsung dilakukan upacara penyambutan dan pemberangkatan jenazah ke rumah duka di Gerokgak, Buleleng.
Upacar berlangsung khidmat, dengan Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Benny Susianto sebagai inspektur upacara.
Pangdam melontarkan apresiasi dan pujiannya terhadap almarhum Kapten Cpn I Kadek Udi.
“Yang saya tahu, almarhum ini adalah salah-satu putra terbaik yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat.
• 11 Hari Lagi Ultah, Pilot Helikopter MI-17 Kapten Cpn Kadek Udi Tinggalkan Istri & 1 Anak Perempuan
• Pangdam Udayana Berduka Atas Musibah Kecelakaan Helikopter MI-17 milik TNI AD, Satu Pilot Asal Bali
• Jenazah Pilot Korban Helikopter MI-17 Diperkirakan Tiba di Bandara Ngurah Rai Bali Pukul 14.10 Wita
Karena kemampuannya, pada level seorang kapten ia sudah menjadi penerbang pelatih yang sangat sedikit dimiliki TNI AD,” ungkap Mayjen TNI Benny Susianto, Minggu (7/6), di Base Ops Lanud I Gusti Ngurah Rai.
Jasa almarhum, kata Pangdam, adalah melaksanakan tugas mencetak penerbang-penerbang di lingkungan Angkatan Darat, khususnya penerbang helikopter.
Kapten Cpn Kadek juga memiliki ribuan jam terbang.
Melihat jam terbangnya itu, almarhum memang sudah pantas ditunjuk dan menjadi seorang penerbang pelatih.
“Bagi masyarakat Bali, ini menjadi suatu kebanggaan tentunya, lebih-lebih untuk keluarga yang ditinggalkannya. Bahwa almarhum mampu memberikan dedikasinya yang terbaik bagi bangsa,” imbuh Pangdam IX/Udayana.
Menurut jenderal bintang dua ini, seorang penerbang pelatih memiliki resiko tugas yang cukup besar.
Dalam setiap misinya untuk melatih, dia akan menghadapi risiko kehilangan nyawanya, seperti akibat kecelakaan atau accident.
Karena yang dia latih adalah calon penerbang, maka risiko kegagalan dari proses latihan itu menjadi bagian dari risiko yang dihadapi oleh pelatih.
“Saya sendiri menerima (jenazah) almarhum atas nama negara, dan nanti akan kita serahkan kepada keluarga pada saat pemakaman. Rencananya, tanggal 10 Juni nanti akan diabenkan di Buleleng,” ujar Mayjen TNI Benny Susianto.
Seperti diwartakan, pada Sabtu (6/6) siang, helikopter MI-17 milik Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Puspenerbad) dengan nomor registrasi HA 5141, jatuh di Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah.
Helikopter tersebut sedang melaksanakan misi latihan terbang di Pusat Pendidikan Penerbang Angkatan Darat, Semarang, Jawa Tengah, sebagai bagian dari program Pendidikan Calon Perwira Penerbang 1.
Setelah misi latihan pertama berjalan lancar, pada Sabtu (6/6) sekitar pukul 12.35 WIB, helikopter ini melaksanakan misi latihan terbang endurance kedua. Materinya terbang Tactical Manuever.
Namun, sekitar pukul 13.40 WIB, helikopter MI-17 ini jatuh di Kaliwungu, Kecamatan Kendal, Jawa Tengah.
Setelah jatuh, helikopter MI-17 ini terbakar dan menyebabkan 4 orang krunya meninggal, termasuk Kapten Cpn I Kadek Udi. Sedangkan 5 orang lainnya luka-luka dna masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit di Semarang.
Penyebab jatuhnya helikopter ini masih dalam proses investigasi.
Ibu Pingsan
Isak tangis keluarga menyambut kedatangan jenazah Kapten Cpn I Kadek Udi Suardiasa di rumah duka di Banjar Dinas Mawar, Desa Tukad Sumaga, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, pada Minggu (7/6) pukul 17.50 Wita.
Dari pantauan di rumah duka, orangtua almarhum tampak menangis histeris saat peti jenazah Kapten Udi diturunkan dari mobil ambulans.
Bahkan sang ibu, yakni I Made Arini, berkali-kali jatuh pingsan. Ia terlihat sangat syok atas kejadian yang menimpa putra keduanya itu.
Apalagi, sudah empat tahun lamanya, almarhum Kapten Udi tidak bertemu dengan orangtuanya.
Sepupu almarhum, Putu Aris (56) mengatakan, berita duka ini diketahui oleh pihak keluarga pada Sabtu (6/6) malam melalui berita yang tersiar di televisi.
Pihak keluarga kemudian mendapatkan informasi resmi dari anggota TNI pada Minggu (7/6) dini hari sekira pukul 01.00 Wita.
“Orangtuanya jelas sangat syok, karena almarhum ini adalah anak kesayangan, dan sangat dibanggakan. Karena di usianya yang masih sangat muda (33 tahun, red) dia berhasil menjadi pilot,” kata Aris.
Aris mengaku, tidak ada firasat yang dirasakan oleh pihak keluarga atas kepergian Kadek Udi.
Terakhir atau sekitar tiga hari yang lalu, almarhum sempat berkomunikasi dengan teman-temannya sesama alumni SMA-nya, serta dengan kakak pertamanya Putu Yudi Eka Suarsana, yang juga merupakan anggota TNI aktif di Kodim/1619 Tabanan.
Dalam percakapan itu, tidak ada firasat buruk yang dirasakan oleh sang kakak.
Di mata Aris, almarhum Kapten Kadek Udi merupakan sosok pekerja keras, dan memiliki semangat tinggi dalam mengejar karir.
Sepengetahuan Aris, almarhum sempat berkeinginan untuk menjadi instruktur penerbang di Bandara Letkol Wisnu Buleleng.
“Saya dengar dia kepingin jadi instruktur penerbang di Bandara Letkol Wisnu Buleleng. Dia kepingin tugas di Buleleng,” ucap Aris.
Sementara itu, Dandim 1609/Buleleng Letkol Inf Muhamad Windra Lisrianto saat ditemui di rumah duka mengatakan, upacara pengabenan almarhum Kapten Kadek Udi direncanakan akan dilakuakan pada Rabu (10/6) di Setra Adat Desa Tukad Sumaga.
“Tadi jenazah sudah diterima oleh Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Benny Susianto di Bandara Ngurah Rai. Jenazah diberangkatkan dengan pesawat Cassa Angkatan Darat dari Semarang, langsung ke Bandara Ngurah Rai,” ucap Dandim singkat.(zae/rtu/dri)