Kisah 3 Bersaudara yang Hidup dalam Keterbatasan di Rumah Bedeng, Ayah Meninggal & Ibunya Pergi

Sang ayah meninggal dunia sekitar 9 bulan yang lalu akibat sakit serangan jantung dan ibunya sekitar 4 hari yang lalu pergi meninggalkan mereka

Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/Adrian Amurwonegoro
Tiga anak yang tinggal bersama kakek dan nenek dengan kondisi memprihatinkan tanpa sosok ayah dan ibu di sebuah rumah bedeng di Jalan Patih Nambi, Perumahan Telkom Banjar Tulang Ampiang, Ubung Kaja, Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali, Selasa (9/6/2020). 

"Jadi kami ada 4 bersaudara, anak pertama perempuan tinggal di Dalung nikah ke Tabanan. Kedua ya ayah dari anak-anak ini, ketiga perempuan nah mereka tinggal bersama kakak perempuan saya ini, dan keempat saya," papar dia.

Karena tidak ingin merepotkan kakak perempuan atau kakak ipar dari ibu anak-anak ini yang dalam kondisi mengandung bayi Komang Budisuari, maka dua bulan sebelum kelahiran, Ketut mengajak ibu dan anak-anak untuk tinggal di rumah bedeng ini bersama kakek neneknya.

"Sudah di sini pas mengandung, dua bulan sebelum melahirkan pindah ke sini," tutur Ketut.

Ketut sendiri kini harus sementara berhenti dari pekerjaan untuk membantu mengasuh ketiga anak ini.

"Saya kuli bangunan sebagai pengayah, proyeknya di Ubung, tapi sekarang tidak kerja dulu, mengasuh anak-anak ini, kalau kerkaannya memang masih ada, tapi saya berhenti sementara, kan kasihan mereka," ungkapnya.

"Penghasilan saya full Rp 660 ribu per Minggu, biasanya kalau gajian ya langsung untuk beli beras kebutuhan keluarga," imbuh dia.

Gede, anak sulung bercita-cita menjadi seorang pebalap motocross, selama pandemi covid-19 ia tak lalai dengan aktivitas belajar dari rumah.

Meskipun dengan kondisi seperti ini, Gede mengaku tetap bersemangat belajar dari rumah di tengah pandemi covid-19 dengan bimbingan paman dan kakak keponakannya seusia sama dengannya yang kerap menemaninya.

"Saya semangat dan senang belajar, kalau pas tugas Bahasa Inggris saya belajar sama kakak (keponakan) yang lebih pintar bahasa Inggris, supaya saya bisa," ucapnya.

Bahkan hampir tak tampak raut kesedihan di wajah Gede dan adiknya, wajah polosnya menggambarkan seolah tak ingin tahu apa yang kini sedang terjadi, kakak keponakannya pun selalu setia untuk menemani bermain, menghibur dan belajar.

Sore ini Gede bermain layang-layang, ia yang masih polos itu tampak gembira bisa menerbangkan layang-layangnya serupa dengan cita-citanya kelak.

Kisah mereka mulai menyeruak ketika Komunitas Taman Hati mengunjungi mereka dan menyerahkan bantuan sembako serta susu formula dan diposting di sosial media.

"Bahkan adik komang reflek minta digendong ke salah satu relawan kami, mungkin adik komang rindu ibunya," tulis akun FB bernama Kadek Widiana itu.

Kunjungan Dinas Sosial

Bersamaan dengan liputan wartawan Tribun Bali, terlihat aktivitas dari Dinas Sosial Kota Denpasar berkunjung untuk meninjau langsung kondisi keluarga tersebut.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved