Kisah 3 Bersaudara yang Hidup dalam Keterbatasan di Rumah Bedeng, Ayah Meninggal & Ibunya Pergi
Sang ayah meninggal dunia sekitar 9 bulan yang lalu akibat sakit serangan jantung dan ibunya sekitar 4 hari yang lalu pergi meninggalkan mereka
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Wema Satya Dinata
Kepala Bidang Rehanilitasi Sosial Dinsos Kota Denpasar, Anak Agung Ayu Diah Kurniawati memimpin peninjauan bersama jajarannya.
AA Ayu Diah mengatakan setelah peninjauan ini pihaknya segera berkoordinasi dengan Dinsos Buleleng dan Provinsi Bali sebagai tindaklanjutnya, karena secara administratif ketiga anak ini masih terdata sebagai warga di Sudaji, Buleleng.
"Di sini ada anak-anak dan lansia yang perlu mendapatkan perlindungan. Untuk tindak lanjutnya kami koordinasikan dengan Dinsos Provinsi Bali, secara administrasi mereka masih terdata memiliki di Sudaji, Buleleng, kami upayakan yang terbaik," katanya
Pihak Dinsos Kota Denpasar mengaku berfokus pada keberlanjutan pemenuhan pendidikan pada anak-anak tersebut karena bagaimanapun pendidikan dasar anak-anak ini kedepannya adalah menjadi tanggung jawab pemerintah.
Gede Suardika (9) naik dari kelas 3 ke kelas 4 sekolah dasar, sedangkan adiknya Kadek Sugiadnyana (6,5) mulai beranjak dari TK ke kelas satu sekolah dasar.
"Fokus kami dengan pendidikan anak-anak, segala keperluan pendidikan kan harus dipenuhi, selain itu tempat tinggal yang layak bagi mereka, mereka kan ngontrak kemungkinan kedepannya mereka akan tersisih dengan kondisi kumuh seperti ini, setidaknya akan dikontrakkan yang lain, kita pikirkan kakek nenek juga," ujar AA Ayu Diah
Dinsos juga mengupayakan koordinasi dengan panti, akan tetapi hal itu jika ada izin dari keluarga (pihak kakek dan nenek), sebab anak-anak ini masih dalam pengawasan kakek nenek.
Dijekaskannya, pemerintah boleh mengambil alih, tapi karena masih ada keluarga yang lain sehingga harus ada koordinasi. Sebab tinggal dengan kondisi seperti ini kan riskan bagi kesehatan apalagi kondisi sekarang di tengah pandemi covid-19.
"Koordinasi diperlukan sebab rancu untuk kebijakan, KTP mereka bukan Denpasar namun kami pastikan kondisi sosial seperti ini diupayakan mendapat bantuan. Kalau Program bedah rumah harus sertfiikat sedangkan ini kan mengontrak. Kita upayakan mereka tinggal di lingkungan yang memenuhi kesehatan," bebernya
"Sebagai langkah alternatif bisa dikondisikan dengan panti. Tapi mereka (kakek nenek) masih mau seperti ini, karena sangat sayang sama cucunya yang bayi 6 bulan bahkan mau diasuh oleh sebuah keluarga tidak diperkenankan," imbuhnya
Pada saat kunjungan itu terjadi moment mengharukan, salah satu perangkat desa setempat, Wayan Sukarta (51) mengaku hatinya tersentuh dan ingin mengadopsi bayi Komang Budisuari yang baru berusia 6 bulan.
Namun sang nenek, Luh Ngebek seakan benar-benar tidak ingin lepas dari cucu yang sangat ia sayangi itu.
"Saya sangat tersentuh, dan istri ingin anak perempuan, anak saya satu laki-laki, saya mau mengasuhnya," ungkap Wayan Sukarta.
Pada kesempatan yang sama, Kadus Batumekaem, Banjar Tulangampiang, Putu Agus Budi Saputra bersama Kelian Adat setempat Wayan Budiasa sepakat untuk terus membantu dan memantau perkembangan serta menjadi fasilitator antara warga tersebut dengan pemerintah agar mengupayakan yang terbaik.
"Melihat kondisi ini kami langsung menyampaikan ke Dinsos, saya juga ke ke DPRD sudah saya ajak untuk atensi langkah-langkahnya. Fokusnya ke ketiga anak ini," ungkap Putu Agus.
Pantauan Tribun Bali di lokasi, juga terdapat sebuah komunitas relawan datang mengalirkan bantuan berupa susu formula dan kebutuhan pokok lainnya kepada keluarga tersebut.(*)