Dilematika Musim Layangan Saat Pandemi di Pulau Dewata, Local Wisdom Hingga Timbul Korban
Insiden tali layang-layang yang menyebabkan seseorang kecelakaan lalu lintas hingga kemudian meninggal dunia di Denpasar, Bali, menjadi sorotan tajam
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Insiden tali layang-layang yang menyebabkan seseorang kecelakaan lalu lintas hingga kemudian meninggal dunia di Denpasar, Bali, menjadi sorotan tajam masyarakat.
Pro dan kontra pun bermunculan.
Musim layangan di masa pandemi covid-19 memang menjadi dilema bagi masyarakat, di satu sisi masyarakat membutuhkan hiburan, tapi di sisi lain kini kegiatan yang menimbulkan kerumunan masyarakat masih disetop sementara oleh pemerintah.
Sehingga, aktivitas lomba atau festival layang-layang yang biasanya menjadi tontonan masyarakat Bali pada bulan-bulan ini pun kini menjadi sirna dan sebagai alternatifnya pemain layangan di permukiman bermunculan.
• Perumda Pasar Mangu Giri Sedana Ancam Beri Sanksi Tegas Jika Pedagang Tak Ikuti Protokol Kesehatan
• Transmisi Lokal Meningkat, Disperindag Bali Pantau Pasar Tradisional
Musim layangan di Bali biasanya berlangsung selama 5 bulan, sejak bulan Mei hingga puncaknya bulan September mendatang.
Seniman Layang-Layang asal Bali, Kadek Suprapta Meranggi mengatakan, biasanya event layang-layang Tradisional Bali menjadi daya tarik tontonan masyarakat yang bisa disaksikan ramai di tanah lapang Pantai Padang Galak maupun Pantai Mertasari.
Dengan demikian, implikasinya masyarakat kemudian beralih ke layang-layang kecil rumahan, jumlahnya pun kini naik 300 kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Sehingga di tengah kejenuhan, masyarakat banyak yang beralih bermain layang-layang. Dari anak kecil hingga orang dewasa.
Bahkan disebutkannya, anggota dewan, lawyer, notaris, dokter, pengusaha pun ikut bermain layangan.
Dijelaskan pria yang akrab disapa Deck Sotto itu, ada beberapa faktor yang menyebabkan layang-layang putus atau terjatuh yakni ukuran, ketinggian dan kekuatan tali.
• Cegah Penyebaran Covid-19, Lapas Perempuan Denpasar Berlakukan Titipan Drive Thru
• Sambut Hari Bhayangkara ke-74, Polresta Denpasar Bagikan Paket Sembako ke Pengurus Puja Mandala
Pihaknya jauh-jauh hari sebelum musim layangan tiba, sudah mengimbau kepada seluruh masyarakat di Bali baik melalui perkumpulan pemain layangan, sosial media ataupun broadcast grup WhatsApp.
"Sejak 2 bulan yang lalu bahaya sudah saya sosialisasikan, saya sudah menekankan agar ukuran layang-layang tidak lebih dari 3 meter tapi malah ada super size yang 5 hingga 8 meter menerbangkannya pun membutuhkan angin kencang. Lalu ukuran layangan dan kekuatan tali harus diperhitungkan seimbang, sehingga tidak menyebabkan tingkat risiko terjatuh atau terputus yang lebih tinggi, kalau ukuran 3 meter ke bawah tidak separah itu," papar Kadek kepada Tribun Bali, Jumat (19/6/2020) siang ini.
"Selain itu juga faktor ketinggian, problem-nya masyarakat menerbangkan sampai 6 hingga 7 roll tali saya imbau agar tidak tinggi-tinggi menerbangkan layang-layang karena otomatis sulit dikontrol, saat menurunkan, belum lagi faktor kondisi cuaca, serta agar tidak diinapkan, tidak diperkirakan biasanya angin hilang, bisa jatuh jadi problem, putus talinya," lanjutnya.
Sementara itu, terkait peristiwa meninggalnya pengendara motor di Jalan Raya Sesetan kemarin, Kadek menyampaikan, bahwa insiden itu merupakan ketidaksengajaan oleh pemain layang-layang.
"Saya yakin pasti tidak disengaja, mereka saja buatnya dengan penuh kreasi, tidak mungkin sengaja dijatuhkan, sengaja dibentangkan di jalan, atau misal diputuskan layangannya sendiri, talinya mahal, layangan mahal, pasti ada faktor lain, dan kalau tali terbawa panjang, biasanya putusnya di tengah, atau tempat mengikat di bawah itu kan panjang banget. Kalau putus diujung justru aman," jabarnya.
Bagi masyarakat disarankan agar jika menemukan tali benang layangan membentang di jalanan agar pro aktif membantu memotong benang layangan dan menyingkirkannya sehingga tidak membahayakan pengendara lain.
"Ke depan, kalau masyarakat mengetahui ada tali layangan yang membentang di jalan, dimohon kesadarannya untuk menyingkirkan atau memotong tali layangan itu, diamankan, bukan didiamkan, agar tidak menganggu lagi, apalagi setelah kejadian di Sesetan ini, kita harus lebih aware, dan tidak mengkambinghitamkan pemain layangan," harapnya.
Berbicara tradisi layang-layang di Bali, pegiat pariwisata itu menjelaskan, layang-layang bagi masyarakat Bali sudah menjadi barang seni, kearifan lokal dan daya tarik pariwisata.
Bahkan, layang-layang yang ada sejak tahun 1900-an menjadi sebuah benda seni yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Bali di era modern ini.
"Di Bali, layangan sudah menjadi bagian dari masyarakat, jadi benda seni, ada yang berbentuk burung, naga, layang layang di Bali memikiki nilai sejarah, seperti di banjar saya Dangin Peken, ada layangan Panji Sakti dari tahun 1956 masih eksis masih terbang dan banyak lain layangan bersejarah di Bali," ujarnya
"Dulu tidak begitu banyak layangan kecil naik karena orang concern melihat layangan besar, orang berlomba membuat layangan besar untuk dilombakan di berbagai wilayah. Dengan adanya pandemi effect ini otomatis banyak yang bermain layangan untuk menghibur diri, sudah saya sebelumnya terjadi kecelakaan akibat layangan seperti ini," imbuh Kadek
Akhir bulan Mei 2020 lalu, pengurus PHRI Denpasar Bidang Kebudayaan dan Lingkungan itu juga menggandeng Ni Luh Djelantik menggelar layang-layang virtual sebagai bagian dari "obat kerinduan" masyarakat terhadap festival layang-layang di Bali.
Layang-layang virtual bertema Celepuk versus Covid-19 yang ditampilkan melalui media aplikasi Zoom itu pun terbilang sukses menyedot antusiasme publik dari berbagai daerah di Indonesia hingga mancanegara.
Di akhir wawancara bersama Tribun Bali, Kadek mengucapkan rasa belasungkawa dan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas nama pemain layang-layang kepada pihak keluarga yang ditinggalkan. Sore ini ia juga berencana melayat ke kediaman korban
"Inisiatif saya, tidak tahu pemilik layangan, tapi alangkah bagusnya saya turun terjun langsung menyampaikan belasungkawa terhadap keluarga korban yang ditinggalkan, kejadian ini sama sekali tidak diharapkan faktor yang sangat tidak disengaja," pungkas dia.
Sebelumnya diberitakan, peristiwa kecelakaan akibat tali layang-layang yang membentang kembali memakan korban jiwa, Kamis (18/6/2020) pukul 14.30 wita.
Kecelakaan yang terjadi diketahui terjadi di Jalan Raya Sesetan depan Warung Depot 818 Kilometer 5, Sesetan, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali.
Akibatnya korban bernama I Wayan Losmen kelahiran Denpasar, 10 Desember 1959 yang tinggal di Jalan Tukad Penataran, Gang Kokoak III/2, Serangan, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali mengalami kecelakaan.
Kanit Laka Satlantas Polresta Denpasar Iptu Ni Luh Tiviasih pun mengatakan kepada Tribun Baliterpisah, Kamis (18/6/2020) malam.
Korban usai terlibat kecelakaan akibat tali layang-layang juga menabrak kendaraan berat yakni mobil wheeloder.
"Ya kecelakaannya terjadi di Jalan Raya Sesetan, korban inisial IWY asal Denpasar. Kecelakaan akibat tali layang-layang yang membentang," ujarnya.
Sebelumnya, peristiwa itu terjadi saat I Wayan Losmen (61) berkendara dari arah utara menuju selatan atau menuju ke arah tempat tinggalnya.
Saksi Wayan Ratna (28) menerangkan kepada pihak kepolisian korban saat itu berkendara menggunakan sepeda motor Honda Scoopy DK 5852 QX.
I Wayan Losmen yang saat itu berkendara sendirian tidak melihat adanya tali yang membentang di lokasi kejadian, dimana posisi tali membentang dari barat ke timur.
Saat itu juga korban terjatuh ke kanan dari sepeda motornya lalu menabrak mobil wheeloder (alat berat) milik DLHK yang dikemudikan Putu Agus Widiartawan (24).
Yang saat itu mobil wheeloder bergerak dari arah selatan menuju utara.
Sempat terdengar suara keras saat sepeda motor korban menghantam alat berat, warga di sekitar lokasi lalu berhamburan dan bergegas menolong korban.
Berselang beberapa menit kemudian, tim BPBD Kota Denpasar yang datang dari lokasi pos terdekat langsung menuju TKP untuk membantu korban.
Sempat ditangani di lokasi untuk membersihkan darah yang keluar dari leher korban.
Selanjutnya tim medis membawa korban ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Sanglah, Denpasar untuk merawat lebih lanjut.
Nahas, setelah ditangani tim medis di RSUP Sanglah, nyawa I Wayan Losmen tidak tertolong.
"Laporan kecelakaan kita terima tadi sore sekitar pukul 15.00 wita. Korban meninggal dunia di IRD RSUP Sanglah," tambah Iptu Ni Luh Tiviasih kepada Tribun Bali.
Korban sendiri setelah diperiksa mengalami luka lebam pada bagian dadanya, perut sebelah robek dan hidung keluar darah akibat menabrak mobil wheeloder.
Selain itu, pada leher korban mengalami luka robek usai terkena tali layang-layang yang berbentang di Jalan Raya Sesetan, depan Warung Depot 818.
Sementara itu, sepeda motor korban juga mengalami kerusakan parah, pada bagian gardu depan bengkok, sayap dan lampu depan pecah. (*)