Narendra Modi Tegaskan India Ingin Damai, Tapi Siap Perang Kalau China Memprovokasi

"Jelas tidak ada keraguan bahwa India menginginkan perdamaian, tetapi jika diprovokasi, India akan beri jawaban yang pantas," kata Modi.

Editor: Wema Satya Dinata
Istimewa/Reuters
Perdana Menteri India Narendra Modi 

Lebih jauh lagi, Paswan juga mendesak pemerintah pusat agar secara ketat menerapkan aturan standar kualitas Badan Standar Nasional India (BIS) atas produk yang diimpor dari China.

"Ketika barang-barang kami sampai di luar negeri, mereka memeriksanya. (Sementara) ekspor beras Basmati kami ditolak, tetapi ketika barang-barang mereka datang ke India, tidak ada kontrol kualitas yang ketat," kata Paswan.

Diketahui, India menerbitkan undang-undang baru yang berkaitan dengan standar kualitas barang pada 2016.

Kebijakan ini dilakukan sebagai langkah mempromosikan budaya kualitas produk agar sesuai dengan standar kualitas India.

Undang-undang terbaru ini juga mengatur penilaian produk, peningkatan sanksi dan aturan penarikan kembali produk, meski sudah diberi label Indian Standards Institution (ISI).

Tentara India dibebaskan

Perkembangan terbaru konflik India-China, pasukan Beijing dilaporkan membebaskan 10 tentara New Delhi setelah bentrok selama 3 hari di Lembah Galwan, Ladakh, perbatasan Himalaya.

Bentrokan antara pasukan India dan China telah menewaskan 20 tentara India.

Pembebasan dilakukan pada Kamis malam (18/6/2020), termasuk seorang letnan kolonel dan tiga mayor tentara India yang sempat ditahan.

Sebuah sumber dari The Hindu menyebut sepuluh orang itu dibebaskan setelah adanya kesepakatan antara dua Mayor Jenderal pada Rabu malam (17/6).

Sepuluh orang yang dibebaskan dikembalikan tanpa cedera.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri India, S. Jaishankar menyebut pasukan India yang kalah jumlah diserang oleh tentara China yang membawa senjata.

Diketahui tahun 1996 India dan China pernah menandatangani perjanjian damai Line of Actual Control (LAC) yang salah satunya tertulis "kedua belah pihak tidak akan menggunakan kekuatan militer" dalam konflik perbatasan.

"Semua pasukan yang bertugas di perbatasan selalu membawa senjata, terutama ketika meninggalkan pos. Mereka melakukan itu di Galwan pada 15 Juni. Padahal masih ada kesepakatan (perjanjian 1996 & 2005) untuk tidak menggunakan senjata api saat bertempur," Dr Jaishankar di Twitter, menanggapi pemimpin Kongres, Rahul Gandhi.

Perjanjian India-China tahun 1996 poin VI mengenai Tindakan Membangun Kepercayaan / Confidence-Building Measures (CBMs) dalam urusan militer di sepanjang Garis Kontrol Aktual / Line of Actual Control, tertulis:

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved