Liputan Khusus
Potret Kisara, Sebuah Kelompok Remaja di Denpasar yang Peduli Kampanyekan Isu Kespro
Di Bali ada sekelompok remaja yang kerap mengampanyekan isu-isu kesehatan reproduksi (kespro) khususnya bagi remaja.
Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Ady Sucipto
SMP di Denpasar yang aktif memberikan pendidikan kespro terhadap anak didiknya adalah SMP Saraswati 1 Denpasar.
Sejak 2017, sekolah swasta ini bekerjasama dengan Kisara.
Tujuh guru di sekolah tersebut yang terlibat dalam program Setara. Seorang di antaranya I Gusti Agung Ayu Bintang Lestari.
Dia menjadi pengajar kespro di SMP Saraswati 1 Denpasar sejak 2017. Setiap hari Sabtu, ia meluangkan waktu satu sampai dua jam untuk memberikan pelajaran.
“Berawal dari kerja sama sekolah dengan PKBI. Saya ditugaskan ikut pelatihan di PKBI mengenai program kespro dalam bentuk materi setara. Setelah itu menjalani pelatihan untuk master trainer Setara di Jakarta, selanjutnya mengalir begitu saja hingga saat ini,” kata perempuan yang akrab disapa Bintang itu kepada Tribun Bali medio Mei lalu.
Bagi Bintang, pendidikan kespro penting diajarkan kepada remaja yang masih duduk di bangku SMP. Sebab remaja SMP masih mengalami masa transisi.
Itu sebabnya, mereka butuh banyak edukasi informasi lantaran sering mengakses informasi di media sosial dan lingkungan sehari-hari.
“Perlu diberikan di sekolah supaya dapat menjadi bekal bagi siswa, sebab tidak semua ortu dapat menyampaikan informasi terkait kespro pada putra-putrinya karena alasan tabu,” kata perempuan asal Guwang, Sukawati, Gianyar itu.
Bintang tak menampik ada sejumlah orangtua siswa yang mempertanyakan alasan anaknya diberikan pendidikan kespro.
Mereka beranggapan pendidikan kespro justru membuat remaja justru penasaran dan ingin mencoba melakukan hubungan seks.
“Padahal jika kita pahami pembelajaran kespro ini sangat banyak berisi informasi seputar remaja. Contohnya bagaimana menjadi remaja yang sehat dan bahagia, memahami emosi, relasi dalam hubungan, bagaimna cara menjaga diri dan banyak lainnya, jadi sebenarnya orang tua terbantu juga,” kata Bintang.
“Selama pembelajaran, siswa sangat antusias karena metode yang digunakan sangat asyik dan menarik. Mereka lebih mengerti dan lebih banyak tahu informasi yang tepat mengenai kespro,”tambah Bintang.
Pembelajaran kespro di SMP Saraswati 1 Denpasar tak terlepas dari dukungan Kepala Sekolah, Drs I Nyoman Sumerta.
Baginya, pendidikan kespro amat penting di tengah keterbukaan informasi seperti sekarang.
Dia bercerita, sebelumnya, pendidikan kespro di sekolah tersebut diselipkan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Namun seiring berjalan waktu, karena dianggap penting, pendidikan kespro diberikan ruang khusus yakni pada hari Sabtu selama satu sampai dua jam. (*)