Kisah Pilu Pengungsi Rohingya Terdampar di Aceh, Terapung di Laut Cuma Makan Beras & Minum Air Hujan
Kapal mereka ditemukan nelayan dengan jarak lebih kurang empat mil dari pesisir pantai dalam kondisi rusak.
"Jadi kami hanya makan beras saja sejak kehabisan bahan makanan lain," katanya.
Begitu juga untuk minum, kala itu mereka hanya bisa berharap bila ada hujan.
Saat hujan mereka pasti akan menampung air untuk distok.
"Kami hanya mengharapkan hujan untuk bisa minum," kata sambil sedikit menunduk.
Hingga akhirnya mereka pun diselamatkan nelayan Aceh.
Mereka pun kini ditampung di bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe, sambil menunggu penanganan lanjutan dari lembaga dunia yang menangani bagian pengungsian.
Pegang Kartu UNHCR
Tim gabungan dari Kementerian Luar Negeri Indonesia bersama dengan gugus tugas nasional untuk para pengungsi mengunjungi pengungsi Rohingya di Lhokseumawe, Aceh Utara, Kamis (2/7/2020).
Salah satunya untuk mengoordinasikan upaya-upaya yang dilakukan di lapangan.
"Hari ini, tim mengunjungi pengungsi di tempat penampungan mereka di Lhokseumawe," ujar Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi dalam konferensi pers di Istana Presiden, Kamis (2/7/2020).
Tim gabungan telah bertemu dengan perwakilan UNHCR yang merupakan lembaga PBB yang mengurusi pengungsi internasional.
Menteri Retno mengatakan fakta di lapangan timnya menerima informasi bahwa dari 99 pengungsi Rohingya hanya 42 yang membawa kartu UNHCR.
"Jadi saya ulangi bahwa dari informasi dari UNHCR di antara 99, hanya 42 memegang kartu UNHCR," kata Retno.
Untuk itu pada tanggal 5 Juli 2020, pihak UNHCR akan memulai proses pendaftaran untuk 99 pengungsi Rohingya tersebut untuk membantu memastikan perlindungan mereka di bawah UNHCR.
Berdasarkan kunjungan tim, Menlu mengabarkan rencana untuk memindahkan para pengungsi dari kantor imigrasi ke balai latihan kerja Lhokseumawe akan ditunda.