Corona di Bali
Wawancara Khusus Ida Bawati Prof I Gede Pitana: Angin Segar untuk Pariwisata Bali
Pulau Bali bersiap kembali dibuka (re-opening) di tengah pandemi Covid-19.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ady Sucipto
Maka dipastikan Natal dan tahun baru 2020 Bali kembali ramai. Walaupun tentu tidak seramai tahun lalu.
Mengapa belum bisa kembali optimal?
Sebab, masalahnya pandemi ini menjangkiti seluruh dunia. Sehingga semua orang sedang kesulitan secara finansial.
Termasuk turis yang biasanya datang plesiran ke Bali.
Apalagi sekarang kan memang syaratnya ketat, harus swab, rapid, dan lain sebagainya.
Jadi tentu tidak semudah dulu.
Sehingga, memang untuk okupansi dari turis asing masih single digit. Sedangkan wisatawan domestik atau wisatawan nusantara akan bisa dua digit.
Apakah itu bisa dipastikan?
Hal ini terbukti dari bom Bali I, dimana wisatawan nusantara yang dianggap sebagai pelengkap saja ternyata sangat membantu pemulihan pariwisata Bali saat itu.
Kemudian kasus Gunung Agung, wisatawan mancanegara tidak datang tapi wisatawan nusantara masih ada.
Memang kelemahannya, tidak ada devisa masuk jika tidak ada wisman, namun pergerakan ekonomi dari wisatawan nusantara sangat tinggi.
Berapa spending power wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara?
Rata-rata pengeluaran wisatawan domestik atau wisatawan nusanatara itu Rp 800 ribu per kunjungan.
Wisman rata-rata 1.112 USD per kunjungan.
Tapi wisman kan cuma 16 juta, sedangkan wisatawan nusantara sampai 273 juta jadi lebih besar. Saya rasa, 2021 pariwisata akan pulih sedikit demi sedikit seperti sediakala. (*)