13 Negara dengan Polusi Udara Terburuk di Dunia, Termasuk Indonesia?
Di tengah karantina wilayah, ternyata masih banyak negara dengan kategori polusi terburuk di dunia. Hal itu disebutkan dalam sebuah laporan terbaru
TRIBUN-BALI.COM - Di tengah karantina wilayah, ternyata masih banyak negara dengan kategori polusi terburuk di dunia.
Hal itu disebutkan dalam sebuah laporan terbaru yang dirilis oleh LSM internasional yang berbasis di Washington DC, yaitu OpenAQ.
Laporan penelitian itu terbit pada Kamis (9/7/2020) dengan judul Open Air Quality Data: The Global State of Play. Ilmuwan atmosfer sekaligus pendiri OpenAQ, Dr Christa Hasenkopf menjelaskan dalam keterangan tertulisnya mengatakan penelitian itu dilakukan dengan menguji 212 negara.
Dari penelitian tersebut, ditemukan 109 negara atau mencapai 51 persen pemerintahan tidak mengeluarkan data kualitas udara dari setiap polutan berbahaya.
"Akses dasar ke data kualitas udara adalah langkah pertama untuk meningkatkan kualitas udara yang kita hirup," kata Hasenkopf.
Penelitian yang dilakukan ini juga mendapatkan dukungan dari para ilmuwan di NASA dengan mengggunakan sistem OpenAQ.
• Jokowi Ingatkan Para Kepala Daerah agar Hati-hati Putuskan Masuk New Normal
• Pengambilan Perlengkapan Siswa di Tahun Ajaran Baru, SD Widiatmika Terapkan Sistem Drive Thru
• Ditanya Soal Status Pernikahannya, Begini Respon Pedangdut Nella Kharisma
Dengan melakukan penggabungan data satelit NASA dari polusi udara dengan sistem OpenAQ membuat semua orang di seluruh dunia bisa mendapatkan informasi tentang kualitas udara.
Negara dengan kualitas udara buruk Berdasarkan laporan penelitian itu juga, OpenAQ mengungkapkan 13 negara dengan populasi terpadat, di mana pemerintah nasionalnya tidak memiliki program pemantauan jangka panjang untuk kualitas udara ambien.
Bahkan pada 2017 yang lalu, negara-negara ini tercatat oleh Global Burden of Disease sebagai negara yang polusi udaranya meyebabkan kematian dan kecacatan. Antara lain:
1. Pakistan, 221 juta penduduk dengan peringkat kelima
2. Nigeria, 206 juta penduduk, peringkat ketiga
3. Ethiopia, 115 juta penduduk, peringkat keempat
4. Congon, 90 juta penduduk, peringkat ketujuh
5. Tanzania, 60 juta penduduk, peringkat ketiga
6. Kenya, 54 juta penduduk, peringkat kelima
7. Uganda, 46 juta penduduk, peringkat keempat
• 500 UMKM di Buleleng Akan Terima Bantuan Stimulus
• DPRD Bali Fasilitasi Siswa Tercecer Agar Bisa Masuk Sekolah Negeri
• 100 Subak Abian di Bali dapat Bantuan Bibit Kopi, Kelapa dan Kakao
8. Algeria, 44 juta penduduk, peringkat kedelapan
9. Sudan, 44 juta penduduk, peringkat keenam
10. Irak, 40 juta penduduk, peringkat ketujuh
11. Afghanistan, 39 juta penduduk, peringkat kedua
12. Uzbekistan, 33 juta penduduk, peringkat kedelapan
13. Angola, 33 juta penduduk, peringkat keempat
Negara-negara tersebut juga dianggap sebagai negara terburuk dalam hal penanganan polusi udara luar ruang yang menyebabkan 4,2 juta kematian setiap tahunnya.
Ironisnya, 90 persen kematian yang disebabkan oleh bahaya polutan udara terjadi di negara berpendapatan rendah dan menengah.
• Masih Terimbas Pandemi Covid-19, Maskapai Emirates Kembali Lakukan PHK Ke Awak Kabin
• Kronologi I Made Karma Ditemukan Tak Bernyawa di Pantai Sanur Denpasar, Ini Dugaan Polisi
Kualitas udara buruk berdampak terhadap kesehatan Persoalan kualitas udara atau polutan berbahaya juga sudah disebut oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai masalah lingkungan terbesar terhadap kesehatan.
Para peneliti menilai, kekosongan informasi tentang kualitas udara ini menghalangi tindakan pencegahan yang seharusnya dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah lingkungan.
Ilmuwan atmosfer di NASA Dr Bryan Duncan mengatakan data terbuka dan membuat data polusi udara mudah diakses adalah hal yang sangat penting.
"Untuk memerangi pencemaran udara, kita perlu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak buruknya terhadap kesehatan," ujar Duncan.
Seperti diketahui, masalah lingkungan selalu menjadi sumber utama yang dampaknya begitu besar terhadap kesehatan.
Polusi udara luar ruang diperkirakan telah menyebabkan 4,2 juta kematian setiap tahunnya.
Angka tersebut melebihi jumlah kematian dari gabungan pandemi Ebola, HIV/AIDS, Tuberkulosis (TB), dan malaria yang mencapai angka 2,7 juta kasus.
• Masih Terimbas Pandemi Covid-19, Maskapai Emirates Kembali Lakukan PHK Ke Awak Kabin
"Langit biru dan udara bersih adalah barometer tata kelola yang baik," kata Abid Omar, Pendiri Inisiatif Kualitas Udara Pakistan (PAQI).
Omar juga mengungkapkan bahwa dana internasional harus dikaitkan dengan target untuk meningkatkan kualitas udara; terutama di daerah seperti Lahore yang menghadapi hilangnya harapan hidup hingga lima tahun karena polusi udara yang berbahaya.
Begitu juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif Clean Air Fund, Jane Burston bahwa udara bersih sebenarnya adalah hak asasi manusia.
Namun, polusi udara menyebabkan satu dari setiap delapan kematian di seluruh planet ini. Jane menegaskan secara jelas bahwa pemerintah setiap negara perlu segera memprioritaskan tindakan penanganan pencemaran dan menyediakan data terbuka adalah langkah pertama yang penting.
"Teknologi untuk memantau polusi udara sudah tersedia, tetapi laporan ini menjelaskan masih banyak pemerintah yang harus berbuat lebih banyak lagi untuk mendapatkan data dan membuat data tersebut mudah diakses oleh warga negara mereka," ujar dia. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "13 Negara dengan Kualitas Udara Terburuk Dunia dan Dampaknya pada Kesehatan"