Hasil Pemilu Kejutkan Partai Berkuasa Singapura, Pihak Oposisi Raih 10 Kursi di Parlemen

Dalam pemilihan Jumat (10/7/2020), PAP memperoleh 83 dari 93 kursi parlemen Singapura, kemenangan besar menurut standar internasional.

Editor: Wema Satya Dinata
Istimewa
ILUSTRASI. Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan, hasil pemilu ini menunjukkan keinginan yang jelas untuk keragaman suara. 

TRIBUN-BALI.COM - Meski menang dalam pemilu, partai politik berkuasa Singapura, The People’s Action Party (PAP) dikejutkan oleh hasil pemilu terburuknya.

Hasil perolehan suara PAP mengisyaratkan kemungkinan penundaan rencana suksesi di Singapura dan analis meramalkan akan ada perubahan kebijakan lain yang dapat memengaruhi Singapura.

Dalam pemilihan Jumat (10/7/2020), PAP memperoleh 83 dari 93 kursi parlemen Singapura, kemenangan besar menurut standar internasional.

Namun, partai oposisi memenangkan 10 kursi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

10 Manfaat Jalan Kaki 10 Ribu Langkah per Hari, Baik untuk Kesehatan Jantung Hingga Perkuat Tulang

72 Pasien Positif Covid-19 di Denpasar Dinyatakan Sembuh Hari Ini, Kasus Baru Bertambah 21 Orang

Daftar Harga Hp Samsung 11 Juli 2020: Ada Diskon di Beberapa Seri & Perbandingan Galaxy A21s vs M21

Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengatakan, hasil ini menunjukkan keinginan yang jelas untuk keragaman suara.

 "Orang Singapura ingin PAP membentuk pemerintah tetapi mereka, dan terutama para pemilih yang lebih muda, juga ingin melihat lebih banyak kehadiran oposisi di parlemen," ujarnya, Sabtu (11/7) seperti dikutip Reuters.

Stabilitas menentukan politik Singapura, yang didominasi PAP sejak Singapura merdeka pada tahun 1965.

Stabilitas politik terbukti penting dalam mengembangkan Singapura menjadi pusat keuangan global dan pusat perdagangan regional.

Namun para analis mengatakan, kemunduran yang tak terduga untuk partai Lee kemungkinan berarti aturan yang lebih ketat tentang ketenagakerjaan asing dan perubahan lain pada kebijakan sosial untuk meredakan kekhawatiran yang diajukan oleh partai-partai oposisi.

"Pembuat kebijakan akan memiliki garis yang lebih ketat pada orang asing di angkatan kerja dan untuk menggandakan upaya kesejahteraan ekonomi kelompok berpenghasilan rendah," kata Song Seng Wun, seorang ekonom di CIMB Private Banking.

Pemilih Singapura dalam pemilihan hari Jumat (10/7) menyatakan keprihatinan tentang prospek pekerjaan mereka dan apakah Singapura membutuhkan begitu banyak orang asing dalam pekerjaan yang dibayar tinggi.

Hasil pemilu Singapura memberikan gambaran tentang rencana Lee untuk mencari mandat bagi generasi pemimpin saat ia bersiap untuk turun.

Calon kuat pengganti Lee yakni Wakil Perdana Menteri Heng Swee Keat, meraih 53% suara di daerah pemilihannya dalam ujian nyata pertama popularitasnya.

"Ini bukan dukungan kuat untuk pemimpin baru," kata Bridget Welsh, rekan riset kehormatan di University of Nottingham Asia Research Institute Malaysia.

Update Corona di Bali 11 Juli 2020: Sembuh Naik Pesat 152 Orang, Positif 37 Orang, Meninggal 1 Orang

Yang Terjadi Pada Tubuhmu Jika Berhenti Mengonsumsi Daging Merah

Navicula Gelar Konser A Tribute to Local Inspiration Malam Ini, Robi Hadiahkan Gitar Terbaiknya

Ia menilai, Heng Swee Keat yang kini berusia 59 tahun tidak memiliki daya tarik nasional dalam kampanye, seperti halnya banyak pemimpin generasi berikutnya.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved