Pasangan Subur di Bali 400.000, Hamil 18.400, BKKBN Ungkap Risiko Hamil di Masa Pandemi Covid-19
Ada 400.000 pasangan usia subur di Bali, dari jumlah itu 18.400 telah mengalami kehamilan
Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali Agus Proklamasi mengungkap bahwa ada 400.000 pasangan usia subur (PUS) yang ada di Bali saat ini.
Dari jumlah tersebut, tercatat 18.400 telah mengalami kehamilan pada bulan April 2020.
Jika kondisi ini tidak disikapi, maka pada bulan September sampai Desember 2020 bakal terjadi baby boom.
“Bulan April saja sudah ada 18.000, berarti bulan September sampai Desember itu akan ada kelahiran banyak sekali. Nah, ini kalau tidak diedukasi, maka saya khawatir akan ada baby boom, terlebih saat ini masih suasana work from home,” kata Agus Proklamasi saat dihubungi melalui sambungan telepon, Sabtu (11/7/2020).
Untuk mencegah jumlah tersebut tidak terus bertambah, saat ini BKKBN Provinsi Bali bersama stakeholder terkait lainnya berusaha memberikan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya pengantin muda agar menunda terlebih dahulu hamil.
Mengingat, ibu hamil memiliki imunitas yang rendah sehingga mudah terpapar Covid-19.
“Selain itu, risikonya juga berat kalau hamil di masa pandemi ini, ekonomi sedang sulit. Kalau periksa kehamilan juga jarang ada yang nerima, kalaupun nerima diwajibkan rapid test dan swab test terlebih dahulu, jadi paramedis kita sedang fokus menangani Covid-19, agar jangan sampai disibukkan lagi dengan masalah ini,” kata Agus.
Dia menegaskan pihaknya tidaklah melarang pasangan untuk hamil, namun hanya menyarankan karena risiko yang harus ditanggung pasangan sangat tinggi, baik dari segi kesehatan dan finansial.
“Dan tidak menutup kemungkinan nanti dokter yang menangani persalinan akan menyarankan ibu tersebut melahirkan secara cesar untuk menghindari risiko. Karena kalau melahirkan normal itu kan keluar cairan rahim. Nah tenaga medis itu pasti dia khawatir jangan-jangan positif Covid-19 dan segala macam. Nah akhirnya disuruh cesar dengan biaya Rp 20 juta,” jelas Agus.
Sebelum pandemi Covid-19, lanjut Agus, jumlah kehamilan di Bali sebanyak 20 ribuan.
Justru pada masa pandemi Covid-19 ini jumlah kehamilan di Bali menurun.
Ia gencar melaksanakan sosialisasi agar jumlah kehamilan di Bali tidak lagi naik menjadi 20.000 sehingga tidak terjadi baby boom di Bali.
“Saya bersyukur ternyata masyarakat Bali ini memahami, setelah kami cek, itu pada bulan Juni, lalu sudah menurun. Dari 18.000, menjadi 11 ribuan,” kata Agus Proklamasi.
(*)