Corona di Indonesia
Tarif Rapid Test di Indonesia Ditetapkan Rp 150.000, Bagaimana Efektivitas dari Tes Ini?
Sebelumnya, banyak keluhan dari masyarakat terkaitnya tarif rapid test yang tidak sama dan mahal, berkisar antara Rp 150.000 sampai Rp 900.000.
Rapid test sering dianggap sebagai alternatif yang cepat, mudah, dan dapat diandalkan dibandingkan 'swab test' yang biaya operasionalnya lebih mahal.
Swab test memeriksa gen dari virus. Sementara rapid test, memeriksa reaksi dua antibodi terhadap Covid-19 yang ditemukan dalam sampel darah, dalam waktu 15 menit.
Hasil dari rapid test akan ditafsirkan oleh ahli kesehatan ke dalam salah satu dari dua kategori, yaitu apakah masih infeksi atau sedang dalam tahap penyembuhan.
Di Indonesia, beberapa pengamat sudah mempertanyakan akurasi dan keterbatasan rapid test dalam penanganan Covid-19.
Elina Ciptadi dari Kawal Covid-19 merujuk ke kasus-kasus di mana rapid test gagal mendeteksi kasus positif Covid-19, seperti yang terjadi pada salah satu tenaga kesehatan di Sidoarjo yang akhirnya meninggal dunia beberapa pekan lalu.
"Almarhum dr Gatot sudah dirapid test dua kali dan hasilnya non-reaktif, tapi kemudian dia rontgen paru-parunya sudah putih, lalu diswab, dan hasilnya positif," kata Elina kepada ABC.
Elina menambahkan, ada juga kejadian penumpang pesawat dari Jakarta, yang rapid testnya non-reaktif sehingga boleh terbang, tapi sampai di Padang dan diswab, hasilnya ternyata positif.
"Nah, karena sebelumnya hasil rapid test non-reaktif, mereka jadinya tidak diisolasi dan ini berpotensi menularkan ke orang lain.
" Penelitian di Australia dan negara lain menemukan rapid test tidak memberikan hasil yang cukup akurat dalam mengenali tanda-tanda apakah seseorang tertular virus corona.
Terdapat dua istilah dalam melakukan pengetesan, yaitu test sensitivity atau kepekaan tes untuk memeriksa pasien yang sudah terinfeksi.
Satu lagi tes specificity atau tes yang lebih khusus bagi yang belum terinfeksi.
"Satu hal yang sudah sangat jelas adalah tes ini memiliki peran terbatas dalam mendiagnosa Covid-19 yang parah," kata Profesor Williamson.
"Jika rapid test digunakan di tahap sangat awal di mana keadaan antibodi seseorang belum terlihat kondisi sebenarnya, hasil tes negatif yang salah adalah kemungkinan yang mengkhawatirkan."
Misinformasi yang dikembangkan oleh pemerintah
Irma Hidayana dari Lapor Covid-19 juga menyayangkan salah kaprah tentang rapid test di masyarakat.