Status Gunung Agung Diturunkan dari Level III Siaga menjadi Level II Waspada
Setelah melakukan pengamatan baik secara visual dan instrumental selama satu tahun, Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memutuskan
Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Setelah melakukan pengamatan baik secara visual dan instrumental selama satu tahun, Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memutuskan untuk menurunkan status aktivitas Gunung Agung dari sebelumnya level III Siaga menjadi level II Waspada.
"Berdasarkan analisis data pengamatan visual, dan instrumental, maka tingkat aktivitas gunung agung diturunkan dari level III siaga menjadi level II Waspada terhitung Kamis 16 Juli 2020," kata Kepala PVMBG Kasbani saat menggelar jumpa pers melalui zoom, Kamis (16/7/2020) sore.
Kasbani menjelaskan, ada lima orang tim PVMBG yang bertugas memantau aktivitas Gunung Agung, baik secara visual dan instrumental dari Posko Pengamatan Gunung Api Agung Kecamatan Rendang, Karangasem, Bali.
• Lolos Tanpa Rapid Test, Pria Asal Sumba Ngaku Beri Rp 350 Ribu ke Oknum di Pelabuhan Padang Bai
• Ratusan Pemuda Bali Gelar Aksi Menolak RUU Omnibus Law Cipta Kerja di Kawasan Renon
• Pemprov Bali Gelar Lomba untuk Desa Adat yang Masih Simpan Ogoh-Ogoh, Total Hadiah Rp 1,7 Miliar
Untuk diketahui, Gunung Agung terakhir mengalami erupsi pada 13 Juni 2019 pukul 01.00 wita dini hari.
"Waktu itu aktivitas vulkanik didominasi oleh hembusan dengan intensitas lemah hingga sedang," kata Kasbani
Hasil pemantauan PVMBG sejak 1 Januari 2020 hingga 16 Juli 2020, menyatakan bahwa Gunung Agung dalam periode 1 Januari 2020 hingga 16 Juli 2020 itu didominasi oleh asap kawah utama, berwarna putih dengan Intensitas tipis dengan ketinggian sekitar 150 meter di atas puncak.
"Dari hasil pemantauan secara visual, sangat jelas dapat diamati bahwa penurunan aktivitas cukup signifikan saat ini," ujar Kasbani
Dari sisi pengamatan kegempaan yang dilakukan PVMBG terhadap Gunung Agung dalam periode 1 Januari sampai dengan 16 Juli 2020, dapat dilaporkan bahwa kegempaan yang terjadi didominasi oleh kegempaan hembusan vulkanik dalam, tektonik lokal, dan tektonik jauh dengan rincian 97 kali gempa hembusan, 18 kali gempa vulkanik dangkal, 62 kali gempa vulkanik dalam, 105 kali gempa tektonik lokal dan 711 kali gempa tektonik jauh.
• Diupah 25 Juta Selundupkan Sabu dari Malaysia, Bunga Pasrah Dihukum 12 Tahun Penjara
• Denpasar Tambah 29 Kasus, 46 Pasien Positif Covid-19 di Denpasar Sembuh
• Stok Plasma Darah untuk Pengobatan Covid-19 Minim, dr.Suarjaya Minta Pasien Sudah Sembuh Mau Donor
Pun begitu dari jumlah kegempaan vulkanik dalam 1 tahun terakhir secara umum juga mengalami penurunan.
"Sesekali masih terekam namun jumlahnya tidak signifikan, hal ini mengindikasikan bahwa pergerakan magma masih terjadi dalam tubuh gunung api namun dalam intensitas rendah," ucap Kasbani.
Meskipun anomali panas di permukaan kawah Gunung Agung sempat terjadi pada bulan Oktober 2019, namun dari pantauan satelit modis yang digunakan, sejak Oktober 2019 sampai saat ini anomali panas tidak teramati lagi di atas puncak gunung agung.
"Itu artinya, penurunan temperatur di permukaan kawah ini mengindikasikan turunnya suplai magma ke permukaan," jelas Kasbani
Bahkan, dari data deformasi gunung agung, teramati bahwa badan gunung agung menunjukkan pola mengempis.
Hasil pengamatan PVMBG dalam beberapa bulan terakhir, pola deformasi ini cenderung stabil dan tidak megindikasikan akumulasi tekanan magma yang signifikan lagi.
Dari pengamatan itulah, PVMBG menyimpulkan untuk mengubah status gunung agung dari siaga menjadi waspada terhitung sejak hari ini Kamis (16/7/2020)
• Wabup Suiasa Terima Bantuan 100 Set APD dari Telkomsel
• Update Covid-19 di Bali Rabu 15 Juli, Pasien Sembuh Bertambah 42 Orang, Total 779 Dalam Perawatan
Kemudian terkait dengan potensi bahaya, itu pertama berdasarkan analisis dan pemodelan data pemantauan gunung api secara komprehensif menyimpulkan bahwa Gunung Agung masih berpotensi erupsi namun dengan ancaman bahaya primer yang diperkirakan terlokalisasi di sekitaran puncak area dengan radius bahaya maksimum 2 km dari kawah puncak.
Potensi bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan dapat terjadi terutama pada musim hujan.
Area yang berpotensi terkena aliran lahar hujan adalah aliran aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung, terutama yang di utara, timur laut, tenggara selatan dan juga barat daya.
Kesimpulannya, berdasarkan analisis data pengamatan visual, dan instrumental, maka tingkat aktivitas Gunung Agung diturunkan dari level III siaga menjadi level II Waspada terhitung Kamis 16 Juli 2020. (*)