Angelina Sondakh Kini Jadi Primadona Lapas Pondok Bambu, Ungkap Tak Ingin Lagi Berpolitik

Pagi itu Angie, panggilan akrab Angelina Sondakh, mengenakan kaus lengan panjang warna pink, bermasker, dan memakai face shield.

Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Network
Angelina Sondakh 

TRIBUN-BALI.COM - Keceriaan terpancar dari Angelina Sondakh (42), mantan Putri Indonesia dan politisi Partai Demokrat, ketika ditemui tim Tribun Network pada Jumat (17/7/2020) pagi.

Terpidana 12 tahun penjara kasus korupsi Wisma Atlet, Palembang, itu tercatat sebagai warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Pondok Bambu, Jakarta Timur.

“Hai, inilah kegiatan sehari-hari saya di tempat ini. Berkebun serta merawat taman edukasi-rekreasi bersama warga binaan yang lain,” ujar mantan anggota DPR tersebut.

Pagi itu Angie, panggilan akrab Angelina Sondakh, mengenakan kaus lengan panjang warna pink, bermasker, dan memakai face shield.

Didampingi Kepala Lapas Herlin Candrawati, Angie tampak bersemangat menceritakan bagaimana membangun taman itu, merawat, serta memanfaatkannya.

“Kami, warga binaan di sini yang semua perempuan, mengerjakan sendiri taman ini secara bertahap. Perlu waktu satu tahun hingga jadi seperti ini,” ujar perempuan kelahiran Australia itu.

Taman itu semula brandgang yang dipakai untuk membuang puing-puing dan barang-barang bekas.

Namun kini lokasi itu menjadi hijau dan asri.

Ada tanaman anggrek, bunga-bunga, hidroponik, taman bacaan, dan gazebo yang terbuat dari bambu bekas.

“Saya sengaja memilih kegiatan di outdoor supaya badan saya terkena sinar matahari dan mengeluarkan keringat,” kata Angie.

Meski taman tersebut rindang, Angelina Sondakh harus sering mengusap keringat yang membasahi wajahnya.

Menurut Angie, bermula dari program kemandirian yang diluncurkan Kementerian Hukum dan HAM, kemudian direkrut warga bianaan yang mau membuat konstruksi pemula dari taman tersebut.

“Belajar lah kami membuat gazebo, bagaimana cara ngebor, masang atap dan sebagainya. Jadi kalau kelihatan kurang rapi, ya maklum karena yang kerja perempuan semua,” katanya.

Termasuk diajari memasang keramik, membuat adonan semen dan pasir.

“Jadi semua yang ada di sini memanfaatkan barang-barang bekas. Termasuk wastafel itu, kami bikin dari bambu bekas dan ember bekas,” katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved